EVALUASI KETERAMPILAN MENULIS
PENDAHULUAN
Sudah menjadi ketentuan aksioma bahwa manusia ditakdirkan untuk berkomunikasi dengan manusia lain semenjak dilahirkan. Bayi yang baru lahir menangis dengan suara dari mulutnya untuk "mempengaruhi" ibunya atau bidan yang menolong persalinan atau siapa saja. Secara alami, suara tangis itu berkembang secara bertahapan dalam bentuk bahasa. Perkembangan bahasa itu pun berkaitan sekali dengan perkembangan usia dari bayi hingga usia dewasa. Dalam teori perolehan bahasa dikenal konsep tentang bahasa kanak-kanak, bahasa remaja, dan bahasa orang dewasa. Konsep tersebut bermuatan informasi mengenai penguasaan dan volume kosakata, kaidah bahasa, dan pelbagai ragam situasi pemakaian bahasa.
Kegiatan berkomunikasi dengan bahasa tulis termasuk bagian dalam pemenuhan kebutuhan primer dalam kebudayaan dan peradaban modern saat ini. Tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan primer saja berkomunikasi dengan bahasa tulis itu dilakukan orang. Kebutuhan primer itu adalah yang berhubungan dengan permasalahan makan/minum, pakaian, dan tempat tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tertier pun kemahiran menulis sangat penting kedudukan dan artinya. Kebutuhan sekunder adalah ihwal kesehatan, sedangkan yang tertier adalah yang berkaitan dengan hiburan atau rekreasi. Bagi masyarakat Indonesia, semuanya itu harus dilandasi oleh ketentuan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Telah disebutkan bahwa kegiatan berkomunikasi dengan bahasa tulis termasuk dalam pemenuhan kebutuhan primer, sekunder, dan tertier yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan bagian yang penting dalam kebudayaan. Adapun kebudayaan adalah ciri utama kehidupan manusia yang diperoleh dari generasi tua dan oleh generasi tua memang diajarkan bagi generasi muda. Dengan kata lain, kemahiran menggunakan bahasa tulis adalah kemahiran yang diperoleh melalui pengajaran, pembelajaran, dan pelatihan.
Penyampaian pengajaran, pemberian motivasi dalam pembelajaran, dan pelatihan dilakukan secara bertahap. Pentahapaan itu dapat mencapai hasil yang optimal jika dikerjakan berdasasrkan metodik yang rapi dan sistematis. Asas pembelajaran dari "yang mudah" ke arah "yang sukar" tentunya berlaku untuk mencapaia kapabilitas belajar kemahiran menulis. Kemahiran menulis dalam bahasa Indonesia bagi penutur dan pengguna bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara tidaklah terkecuali.
Pembelajaran menulis, atau yang dikenal dengan "mengarang", termasuk kegiatan dalam pendidikan bahasa yang rumit. Guru Bahasa Indonesia sebagai contoh dalam kemahiran menulis agak langka dijumpai. Meskipun demikian, ia mempunyai kewajiban untuk melaksanakan apa saja yang digariskan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, untuk mendorong siswa agar berlatih menggunakan bahasa tulis dalam karangannya, terkadang dijumpai tugas-tugas yang cukup sederhana, namun sangat berat diselesaikan oleh siswa, misalnya: "Buatlah karangan dengan judul Menonton Pertandingan Sepak Bola di Stadion". Atau: "Buatlah karangan bebas sesuka hatimu dalam satu halaman!". Dewasa ini sudah terdapat buku pelajaran bahasa yang menyajikan penugasan menulis dengan perintah "Kembangkanlah empat kalimat di bawah ini masing-masing sebagai kalimat utama dalam suatu paragraf sehingga menjadi sebuah karangan dalam empat paragraf!".
Yang lebih sulit lagi ialah bagaimanakah mengevaluasi hasil karya siswa yang berupa karangan. Acuan apakah yang dapat dijadikan tolok ukur untuk karangan siswa sebagai karangan yang amat baik, baik, sedang, dan kurang? Oleh sebab itu, perlu kiranya diupayakan jalan keluar
Sajian pokok yang dipaparkan dalam tulisan ini dirancang dalam susunan (1) pengembangan teknik tes menulis dengan pendekatan komunikatif, (2) pengembangan teknik nontes menulis dengan pendekatan komunikatif, (3) pemanfaatan penilaian portofolio untuk membaca, dan (4) bahan diskusi pengembangan evaluasi keterampilan menulis.
1. Pengembangan Evaluasi Menulis dengan Teknik Tes
1.1 Respon terhadap Karangan Siswa
Evaluasi-lebih tepat dikatakan sebagai respon terhadap karangan siswa-merupakan kegiatan cukup banyak dalam proses pembelajaran keterampilan menulis. Respon atau evaluasi bukanlah kegiatan di akhir pembelajaran. Namun sayangnya, guru lebih banyak terfokus pada hasil akhir karangan dari pada proses.
Rangkaian kegiatan pembelajaran menulis yang disarankan Raimes (1983) berikut ini bertujuan untuk menghindari pembelajaran menulis yang sekedar "melaksanakan tugas dari guru" dan mencoba menebak "apa yang diinginkan guru". Pembelajaran menulis sebaiknya menjadi kegiatan interaksi antara penulis dan pembaca, suatu kegiatan proses penemuan (discovery) bagi siswa.
Prinsip dasar yang harus diketahui guru dalam memberi respon terhadap karangan siswa adalah sebagai berikut:
1. Saat menghadapi tulisan siswa jangan cepat-cepat meraih pinsil atau pena. Baca terlebih dahulu keseluruhan tulisan sebelum menulis apapun. Jika guru "mempersenjatai" diri dengan pena maka akan terasa sulit bagi guru untuk memberi respon yang positif.
2. Pelajari kekuatan dan kelemahan, dan beritahu kekuatan yang dimiliki siswa.
3. Jika guru menggunakan tanda koreksi (simbol penyuntingan) maka tanda tersebut juga harus dapat dipahami maksudnya oleh siswa.
4. Strategi pembelajaran berikutnya harus lebih difokuskan kepada hal yang sulit bagi kebanyakan siswa.
5. Ingat anda adalah guru, bukan polisi. Guru selalu berpikir tentang kekuatan siswa dan selalu berupaya menanggulangi kelemahan siswa.
Evaluasi hasil pembelajaran menulis tidaklah berada pada satu titik (atau hanya akhir pembelajaran). Menulis (juga berbicara, membaca, dan menyimak) adalah keterampilan berbahasa. Suatu keterampilan tercapai dengan maksimal jika dibina dengan latihan atau melakukan keterampilan tertentu itu secara teratur dan berkesinambungan. Ini menyangkut soal kuantitas latihan keterampilan. Sedangkan aspek kualitas pembinaan keterampilan dapat dilakukan dengan cara pengamatan terhadap perkembangan keterampilan. Hal ini sering juga disebut sebagai evaluasi proses. Prestasi proses belajar sama pentingnya dengan prestasi hasil belajar.
Guru menulis akan mengamati perkembangan proses pembelajaran menulis setiap siswanya. Dapat dipastikan bahwa jika prosesnya benar dan baik maka hasilnya pun akan benar dan baik. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa evaluasi proses bertujuan untuk memberi masukan kepada siswa dan guru tentang kualitas proses yang dilakukan untuk mencapai hasil yang berkualitas.
Rangkaian proses memberi respon dalam pembelajaran menulis kira-kira seperti berikut:
* Pemilihan topik oleh guru dan/atau siswa
* Persiapan menulis (kegiatan pra-menulis)
* Guru membaca catatan, membuat daftar, ragangan, dan seterusnya. Serta memberi saran
* Siswa menulis konsep awal (buram 1)
* Siswa membuat ragangan buram 1
* Guru dan siswa membaca buram; menambahkan komentar dan saran
* Siswa menulis buram 2
* Siswa membaca buram 2 dengan pedoman atau daftar-cek; membuat pengubahan-pengubahan
* Guru membaca buram 2; menunjukkan hal-hal yang baik dan hal-hal yang perlu ditingkatkan
* Siswa menulis buram 3
* Guru menyunting dan memberi persetujuan
* Guru mengevaluasi kemajuan dari buram 1 ke buram 3
* Guru memberi tugas dengan tujuan untuk membantu mengatasi hal-hal yang merupakan kelemahan siswa
1.2 Aspek yang Dinilai
Evaluasi keterampilan menulis merupakan suatu evaluasi yang mengukur keterampilan siswa dalam mengungkapkan gagasan, menentukan teknik penyajiannya (dalam mengarang), dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di dalam bahasa tulisan. Penekanan evaluasi menulis adalah kepekaan siswa terhadap penggunaan pola-pola kata yang tepat di dalam bahasa resmi tulisan. Kepekaan siswa terhadap penggunaan pola-pola tersebut meliputi: 1) kesesuaian antara subjek dengan bentuk kata kerja dalam kalimat, 2) kesejaran bentuk kata dalam kalimat, 3) pemakaian kata ganti, 4) penggunaan kata sifat, dan 5) penggunaan kata tambahan (Safari 1997:109).
Keterampilan menulis siswa dapat diukur melalui berbagai kegiatan, misalnya kegiatan: 1) menyalin, 2) menyadur, 3) membuat: ikhtisar, catatan, formulir, bagan, denah, tabel; 4) menulis: laporan, notulen, hasil diskusi, surat, pidato, poster. Iklan, kuitansi, riwayat hidup, dan proposal/usulan/kegiatan.
Secara khusus aspek yang dinilai dalam evaluasi menulis adalah didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. Secara umum aspek yang dapat dinilai dalam evaluasi menulis di antaranya: 1) aspek kebahasaan: isi; penalaran; ketepatan dan kesesuaian; teknik penyajian; gaya penyajian dan bahasa; keterbacaan/kejelasan; ejaan, tanda baca; pilihan kata, dan 2) aspek penampilan dan sikap: kesungguhan, memikat pembaca, hati-hati, teliti, bijaksana, dan berani dan percaya diri.
Untuk mampu mengukur keterampilan menulis siswa, dalam evaluasi menulis dapat ditanyakan hal-hal seperti berikut ini.
1) Menguji kesesuaian antara subjek dan bentuk kata kerja dalam kalimat.
2) Menguji kesejajaran bentuk kata dalam kalimat.
3) Menguji pemakaian/penggunaan kata ganti, kata sifat, kata tambahan, gaya bahasa, ejaan dan tanda baca.
4) Menguji kemampuan menyusun isi karangan atau menyusun ulang kalimat/paragraf yang diacak tempatnya.
5) Menuliskan: a) nama diri berdasarkan hasil penyusunan nama diri dengan menggunakan kartu huruf yang telah dilakukan, b) kata, kalimat, paragraf atau wacana yang didektekan, c) pesan, perasaan, atau keinginan, d) cerita berdasarkan gambar berseri, e) daftar kegiatan sehari-hari dengan menggunakan tebel sederhana, f) kata-kata berdasarkan urutan alfabet untuk membuat kamus, g) cerita atau dongeng, h) pengalaman dalam bahasa puisi, i) poster yang berisikan imbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan, iklan, pengumuman, slogan, atau imbauan, j) ucapan selamat, k) bermacam-macam surat balasan (resmi/tak resmi), dan l) pesan ringkas (memo).
6) Mencatat/mendaftar: a) keperluan sehari-hari untuk diri sendiri sendiri, dan b) permaianan yang disenangi dengan menggunakan tabel sederhana/dua kolom.
7) Mengisi: a) teka-teki secara berkelompok dan b) daftar isian/formulir, wesel, tabungan, kartu pramuka, dan lain-lain.
8) Melengkapi cerita pada bagian awal, tengah, atau akhir yang dihilangkan.
9) Membuat/menyusun: a) laporan: pengamatan, hasil kunjungan, wawancara; b) paragraf yang diacak/kalimat-kalimat yang diacak menjadi paragraf; c) kerangka karangan; d) buku harian, jadwal pelaksanaan kegiatan; e) naskah pidato, sambutan tertulis; f) daftar riwayat hidup; g) surat permohonan izin/pemberian maaf, surat pembaca; dan h) karya tulis.
1.3 Jenis Tes yang Digunakan
Tes yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan menulis dilihat dari isi, pendekatan, dan bentuk dapat berupa: a) tes diskrit, integratif, dan komunikatif, b) tes performansi langsung dan taklangsung, dan (c) tes objektif, subjektif, dan cloze (Depdiknas 2002).
a. Tes Diskrit, Integratif, dan Komunikatif
Tes bahasa diskret, yaitu tes yang hanya mengukur satu aspek bahasa, seperti menulis. Aspek menulis itu dapat dipahami dan diteskan secara sendiri dan terpisah dari aspek bahasa yang lain karena setiap aspek itu mewakili unitnya (Brown 1980; Farhady 1979). Tegasnya, tes diskret merupakan tes bahasa yang secara analitis didasarkan pada pikiran bahwa hanya satu bagian dari kaidah-kaidah bahasa yang boleh diteskan pada satu waktu. Kemampuan menulis harus diteskan secara terpisah. Kemampuan reseptif dan produktif harus dites dalam tes yang berbeda (Oller, 1979:209-210). Dari keterangan di atas nampak bahwa sebuah butir soal hanya untuk mengukur satu aspek kebahasaan dan satu aspek keterampilan.
Tes integratif beranggapan bahwa kemampuan berbahasa secara keseluruhan harus dijaring dengan tes yang menyeluruh dan bukan melalui tes yang terpisah-pisah. Dengan demikian, tes dengan pendekatan integratif memperlakukan butir-butir kebahasaan dan keterampilan secara terpadu (Oller 1979). Pemaduan tersebut dimaksudkan untuk menguji kemampuan siswa dalam menggunakan dua atau lebih keterampilan berbahasa secara simultan. Adapun teknik tes yang dapat ditampilkan sesuai dengan maksud tersebut antara lain tes cloze dan dikte. Pada dasarnya tes cloze berupa tugas untuk melengkapi kembali sebuah teks wacana dengan sejumlah kata yang secara sistematis telah dihilangkan. Teknik seperti akan menuntut siswa untuk lebih dulu menguasai sistem gramatikal, kosakata, dan bahkan pemahaman terhadap tema yang dibicarakan dalam wacana tersebut. Dengan demikian melakukan tes cloze dapat diungkapkan secara integratif pemahaman siswa mengenai pengetahuan linguistik, pengetahuan tekstual, dan pengetahuan tentang topik. Pada dasarnya dikte juga merupakan tes integratif yang mengukur secara serentak kemampuan fonologi, leksikal, gramatikal, dan tekstual. Dikte berkorelasi secara nyata dengan penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi (Oller 1979). Dalam kegiatan dikte terjadi proses mental yang aktif baik yang melibatkan konteks linguistik maupun ekstralinguistik.
Contoh : Menyusun sebuah paragraf berdasarkan kalimat-kalimat yang diacak
(1) Selain itu, genta juga digunakan untuk penanda waktu.
(2) Setiap tengah hari, genta ini dibunyikan . Saat itu memang bekum ada jam.
(3) Namun, patokannya jika matahari persis di tengah dengan ditandai hilangnya bayangan, maka genta ini akan dibunyikan.
(4) Bagi Umat Budha, genta merupakan salah satu sarana peribadatan karena genta itu menjadi penanda akan dimulainya suatu kegiatan doa.
Keempat kalimat di atas dapat membentuk sebuah paragraf yang baik jika disusun dengan urutan:
(a) 2 - 3 - 4 -1
(b) 3 - 4 - 2 - 1
(c) 4 - 1 - 2 - 3#
(d) 3 - 2 - 1 - 4
Tes komunikatif menurut Oller (1979) merupakan tes pragmatik, yaitu suatu prosedur atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan urutan-urutan unsur bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara nyata dan sekaligus menuntut siswa untuk menghubungkan unsur-unsur bahasa dengan konteks ekstranlinguistik. Dengan demikian, sesungguhnya tes komunikatif sejalan dengan tes integratif. Akan tetapi tidak semua tes integratif merupakan tes komunikatif, sedangkan tes komunikatif pasti tes integratif (Oller 1979). Apabila sebuah tes bahasa mengaitkan unsur-unsur bahasa dengan konteks pemakainya, maka tes tersebut dapat dikategorikan sebagai tes komunikatif. Dengan tes komunikatif siswa dituntut untuk menggunakan bahasa dalam berbagai keperluan komunikasi secara khusus. Dalam hal ini siswa diberi tugas untuk menulis surat, menulis cerpen, menulis puisi, atau menulis iklan/slogan dengan konteks yang ditentukan. Dalam bidang membaca siswa diberi tugas untuk memahami berbagai wacana tulis dalam berbagai bentuk dengan pemahaman kontekstual.
b. Tes Performansi Langsung dan Performansi Tidak Langsung
(1) Tes performansi langsung
Tes ini lahir berdasarkan pendekatan performansi yang menganggap bahasa bukan sebagai sistem tetapi bahasa sebagai action. Berdasarkan pendekatan tersebut belajar bahasa adalah belajar melaksanakan performansi berbahasa dalam berbagai konteks khusus (Baker 1990). Dari pendekatan performansi tersebut muncullah tes performansi langsung dan tes performansi tidak langsung. Tes performansi langsung merupakan jenis tes yang menuntut siswa untuk dapat menggunakan kompetensi berbahasanya secara serentak dan langsung untuk memahami maupun melakukan tindak komunikasi. Tes performansi langsung menuntut siswa untuk memahami dan menghasilkan wacana dalam berbagai konteks khusus baik secara tertulis maupun lisan. Melihat pendekatan yang mendasari, tes performansi langsung pada hakikatnya sama dengan tes komunikatif. Keduanya sama-sama mengukur kemampuan siswa menggunakan dan memahami bahasa dalam berbagai konteks komunikasi.
Jenis tes ini memiliki sejumlah kelebihan dan kelemahan. Kelebihan jenis tes menulis performansi langsung tersebut mencakup (1) memiliki tingkat validitas konstruk yang sangat tinggi, (2) otentik, dan (3) memenuhi kriteria performansi yang tinggi. Kelemahan tes performansi langsung mencakup (1) memerlukan waktu yang banyak, (2) keajegan hasil pengukuran rendah, dan (3) memerlukan tenaga dan waktu yang banyak dari guru (korektor).
Tes Performansi Langsung
Konteks dan fungsi bahasa meyakinkan orang untuk menggunakan barang/jasa.
Kompetensi komunikatif yang diukur kemampuan menyusun kalimat yang berisi penjelasan ciri dan nama barang, kalimat yang menunjukkan alasan menggunakan, kalimat pujian terhadap barang/jasa, dan mengurutkan serta memadukannya sesuai dengan konteks iklan.
Tugas siswa menyusun iklan dengan konteks tertentu.
Wujud tes Buatlah sebuah iklan untuk meyakinkan temanmu di sekolah agar membeli majalah sekolah yang diterbitkan di sekolahmu!
Tes menulis langsung menuntut siswa untuk menemukan, membatasi, mengembangkan, dan mengorganisasikan gagasannya secara terpadu dan utuh. Dengan tes menulis langsung ini siswa menggunakan berbagai keterampilan bahasanya untuk mengekspresikan gagasan yang telah dipilih. Tes langsung ini berupa tugas menulis dengan stimulus tertentu. Misalnya, menulis dengan diberikan tema tertentu, menulis berdasarkan gambar seri yang disediakan, menulis berdasarkan informasi yang didengar, menulis berdasarkan buku, atau menulis berdasarkan pengamatan objek/kegiatan tertentu. Tes menulis langsung diberi skor secara serentak dengan menggunakan pedoman pengamatan.
(2) Tes performansi tidak langsung
Tes ini juga termasuk tes komunikatif. Dalam tes performansi langsung siswa dituntut dapat menggunakan dan memahami bahasa dalam konteks komunikasi yang terbatas (memahami atau menghasilkan bagian wacana tertentu). Tes performansi tidak langsung mengukur kompetensi dalam menguasai keterampilan bawahan tertentu dari keseluruhan keterampilan bawahan yang dituntut dalam menggunakan/memahami bahasa dalam konteks komunikasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes performansi tidak langsung mengukur hanya sebagian/terfokus dari keterampilan utuh yang diperlukan dalam tes performansi langsung. Dalam tes performansi langsung keseluruhan keterampilan bawahan serentak diamati, dalam tes menulis tidak langsung sebagian dari keterampilan bawahan saja yang diukur. Misalnya, tes untuk melengkapi ulasan buku yang belum mengandung pernyataan tentang kelebihan buku/manfaat buku, tes untuk melengkapi iklan dengan kalimat ajakan yang sesuai, dan seterusnya.
Kelebihan jenis tes performansi tidak langsung tersebut mencakup (1) memiliki tingkat objektivitas yang tinggi, (2) efisiensi dari segi waktu dan dana dalam pelaksanaan maupun pengkoreksian. Kelemahan tes tersebut dikaitkan dengan validitas konstrk yang tidak mencakup keseluruhan konstruk. Hal ini yang menyebabkan validitas konstruk tes secara empiris tidak tinggi, tetapi hanya cukup saja. Meskipun begitu tes menulis tidak langsung memiliki validitas konstruk yang lebih baik dibanding dengan tes pengetahuan tentang keterampilan berbahasa. Di bawah ini dipaparkan contoh perbedaan jenis tes performansi langsung dan tes performansi tidak langsung.
Tes menulis tidak langsung dapat berupa kegiatan melengkapi tindak tutur tertentu dari sebuah wacana, mengurutkan bagian-bagian wacana, memvariasikan bagian wacana, mengembangkan bagian wacana tertentu.
Tes Performansi Tidak Langsung
Konteks dan fungsi bahasa meyakinkan orang untuk menggunakan barang/jasa.
Kompetensi komunikatif yang diukur kemampuan menyusun kalimat penjelasan ciri dan nama barang, kalimat yang menunjukkan alasan menggunakan, kalimat pujian terhadap barang/jasa, dan pemilihan kata/bunyi yang menarik, mengurutkan serta memadukannya sesuai dengan konteks.
Tugas siswa melengkapi iklan dengan kalimat yang berisi ajakan menggunakan/membeli suatu barang konteks tertentu.
Wujud tes Lengkapilah iklan berikut dengan kalimat ajakan untuk membeli majalah dan kalimat pujian yang menarik serta sesuai dengan isi iklan sebelumnya.
Majalah sekolah edisi Bulan Desember telah terbit.
..........................................................
..........................................................
Langkah-langkah menyusun alat evaluasi hasil belajar bahasa dalam bentuk tes performansi tidak langsung diuraikan berikut (Depdiknas 2002).
1) Menentukan keterampilan yang diukur (misalnya keterampilan menyusun iklan).
2) Merinci indikator keterampilan menyusun iklan.
Indikator tersebut dijabarkan dari empat kompetensi komunikatif, yakni kompetensi kebahasaan, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi kewacanaan, dan kompetensi 'illucotionary act'. Dalam pengajaran dan evaluasi yang berbasis kompetensi komunikatif, indikator kemampuan menulis tersebut di atas, masih perlu disesuaikan lagi dengan konteks komunikasi. Kemampuan menulis iklan indikator kemampuan khususnya berbeda dengan menulis puisi, menulis cerpen atau menulis ulasan buku. Misalnya, indikator kemampuan menulis iklan dikembangkan berdasarkan karakteristik iklan secara khusus. Karena iklan bertujuan meyakinkan dan mengajak menggunakan, untuk menyusun iklan diperlukan kemampuan menjelaskan ciri yang diiklankan, memberi alasan (mengapa perlu digunakan, apa akibat positif jika dilakukan, apa akibat negatif jika ditinggalkan), mengajak/menyuruh, membuktikan keunggulan, memuji keunggulan, dan seterusnya.
Di bawah ini dicontohkan rincian kompetensi komunikatif dari kemampuan menulis iklan.
(1) Keterampilan memilih isi tindak tutur dalam iklan sesuai dengan sasaran iklan, media iklan, dan tujuan iklan: menjelaskan ciri dan nama yang diiklankan, memberi alasan mengapa harus menggunakan iklan, apa yang diiklankan, memuji apa yang diiklankan, mengajak melakukan tindakan agar menggunakan apa yang diiklankan.
(2) Keterampilan memilih model komunikasi: model iklan pemberitahuan searah atau percakapan, atau model lain sesuai dengan konteks.
(3) Keterampilan memulai/membuka sebuah iklan sesuai dengan konteks; pembuka iklan berfungsi untuk menarik perhatian.
(4) Keterampilan mengembangkan isi iklan dengan kata, kalimat, dan perulangan bunyi yang menarik.
(5) Keterampilan mengembangkan kalimat yang berisi penjelasan tentang apa yang diiklankan dengan kata yang tepat dan menarik.
X adalah ...
X berfungsi
X mengandung
Ciri x adalah
(6) Keterampilan mengembangkan kalimat yang berisi pemberian alasan agar orang menggunakan apa yang diiklankan dengan kata yang tepat dan menarik. Misalnya, diajak menggunakan karena keunggulan barang/jasa, karena dapat mencapai apa yang diharapkan, karena dapat mengatasi masalah, karena lebih baik dibanding produk serupa, dan seterusnya.
(7) Keterampilan mengembangkan kalimat yang berisi pujian terhadap keunggulan apa yang diiklankan dengan kata yang menarik dan menggunakan berbagai variasi.
...rajanya...
lebih ... dan lebih ...
... tiada duanya
mana ada yang se ... ini?
Semua orang pakai ....
(8) Keterampilan mengembangkan kalimat yang berisi ajakan untuk menggunakan apa yang diiklankan dengan kata yang menarik dan menggunakan berbagai variasi berikut.
Buktikan sendiri, semua orang pakai ... Bagaimana dengan Anda?
Coba dong, beli dong, segera datang ke ... coba kalau berani, rasakan keindahan/ kenyamanan/kemantapan ... , ciptakan ... dengan ....
(9) Keterampilan mengekspresikan tindak tutur mengajak, memuji, memberi alasan secara langsung/eksplisit dalam iklan yang disusunnya.
(10) Keterampilan mengekspresikan tindak tutur mengajak, memuji, memberi alasan secara tersirat dalam iklan yang disusunnya (penggunaan kesimpulan, implikatur, presuposisi).
(11) Keterampilan mengurutkan isi dalam iklan secara logis.
(12) Keterampilan menggunakan tanda kohesi leksikal dan gramatikal untuk menyatakan hubungan makna dalam iklan (perulangan bunyi, perulangan kata, perulangan bentuk).
(13) Keterampilan mengekspresikan bagian penting dalam iklan dengan kunci-kunci verbal, tata letak, penulisan yang spesifik, bunyi yang spesifik, pengurutan.
(14) Keterampilan menggunakan informasi nonteks dalam menyusun iklan (pemanfaatan gambar, bunyi, tata letak, warna, yang mendukung ide).
(15) Keterampilan mengakhiri iklan (menyimpulkan, memberi kesan mendalam, menjamin, menekankan apa yang telah diiklankan).
(16) Keterampilan membahas iklan sesuai dengan konteksnya.
(17) Keterampilan mengubah dari bentuk iklan menjadi wacana lain.
3) Memilih keterampilan bawahan yang akan diukur.
Dalam langkah ini dipilih keterampilan bawahan yang dijabarkan pada langkah 2 (dapat lebih dari satu).
4) Menyiapkan teks sebagai bahan uji (menyiapkan iklan yang dihilangkan alasan dan ajakan menggunakan barang).
5) Menentukan bentuk tes yang cocok sesuai dengan tujuan evaluasi (essai atau objektif).
6) Menentukan kriteria pencapaian (isi kalimat yang dihasilkan berisi alasan yang sesuai dengan apa yang diiklankan, pilihan kata tepat dan bentuk kalimat yang menarik, dan penggunaan ragam yang sesuai dengan sasaran iklan, digunakan berbeda dengan contoh, bentuk kalimat yang digunakan berbeda).
7) Mengembangkan tes yang berisi konteks iklan dan tugas melengkapi iklan.
* Lengkapilah iklan majalah sekolah di bawah dengan kalimat yang menunjukkan ajakan agar teman-temanmu membeli majalah sekolah!
Majalah Sekolah edisi Desember telah terbit.
......................................
.......................................
* Lengkapilah iklan majalah sekolah di bawah dengan kalimat yang menunjukkan ajakan dan alasan agar membeli majalah sekolah!
Majalah Sekolah edisi Desember telah terbit.
......................................
.......................................
* Lengkapilah iklan majalah sekolah di bawah dengan kalimat yang menunjukkan nama dan ciri barang agar teman-temanmu membeli majalah sekolah!
......................................
.......................................
Milikilah segera, agar kamu tahu banyak tentang kegiatan SMP 2 Malang.
* Lengkapilah iklan majalah sekolah di bawah dengan kalimat yang menunjukkan pujian tentang keunggulan barang yang diiklankan!
Majalah Sekolah edisi Desember telah terbit.
......................................
.......................................
* Gantilah urutan isi dan pilihan kata yang lebih menarik dalam iklan berikut!
Mari kita sukseskan penerbitan majalah sekolah ini dengan cara kamu membeli majalah kita. Majalah Sekolah edisi Desember telah terbit. Isinya lengkap lho!
(1) Indikator Mengurutkan
Indikator mengurutkan berkaitan dengan kemampuan mengorganisasi ide dalam menulis. Indikator mengurutkan dalam tes menulis mencakup (1) mengurutkan kata (dalam kalimat iklan, kalimat imbauan, kalimat majemuk, baris puisi, dsb.), (2) mengurutkan kalimat menjadi paragraf yang utuh dan kohesif, (3) mengurutkan tindak tutur dalam wacana tertentu (mengurutkan tindak tutur menjelaskan, menyanjung, memberi alasan, mempertanyakan, menyuruh dalam iklan, (4) mengurutkan paragraf menjadi wacana utuh, dan (5) mengurutkan ide dalam kerangka karangan, dan (6) mengurutkan tindak tutur dalam iklan. Contoh indikator mengurutkan dipaparkan berikut.
Pasangkan topik di bawah ini dengan urutan angkanya!
Topik
Di Jatim banyak terdapat candi.
Candi di daerah Malang
Candi di daerah Mojokerto
Kondisi Candi Memprihatinkan
Dinding Candi Berjatuhan
Dasar Candi Berlubang-lubang
1. .................................................
1.1 .................................................
1.2 .................................................
2. .................................................
2.1 .................................................
2.2 .................................................
2.3 .................................................
Perhatikan sejumlah kalimat berikut!
1. Kepedih-perihan ini bisa menjadi hantu yang mengancam keberadaan suatu bangsa.
2. Acapkali, suatu bangsa didirikan dan dipertahankan dengan meninggalkan sekian banyak luka.
3. Tapi, suatu bangsa dan seorang pemimpin bangsa gadungan bisa saja justru menyembunyikan dan menyimpan rapi luka-luka bangsa.
4. Karena itu, suatu bangsa dan seorang pemimpin bangsa sejati selalu berusaha menyembuhkan dan mengobati luka-luka bangsa.
5. Luka itu, tentu saja amat pedih-perih dalam hati warga bangsa.
6. Yang pertama hasilnya kekukuhan dan kelanggengan bangsa, sedang yang kedua hasilnya justru kerapuhan dan keretakan bangsa.
Kalimat-kalimat di atas dapat menjadi paragraf yang padu dengan urutan berikut.
(a) 2,5,4,1,3,6
(b) 2,5,1,4,3,6
(c) 1,2,4,5,3,6
(d) 2,1,5,4,3,6
Bacalah kutipan berikut!
Ekses kebakaran hutan di Sumatera merambah Jakarta. Sepanjang Kamis lalu langit Jakarta keabu-abuan. Bahkan, beberapa gedung pencakar langit telah diselimuti asap. Asap tebal di Jakarta itu dapat membahayakan ekonomi nasional. Asap tebal menyebabkan jarak pandang sangat terbatas, lalu lintas darat dan udara akan terganggu. Jakarta sebagai pusat peredaran uang dan perdangan memiliki fungsi yang strategis. Diperkirakan 90% uang beredar di Jakarta. Jika peredaran uang di Jakarta terganggu akan lumpuh perekonomian nasional. Distribusi barang dan lalu lintas jasa dari dan ke Jakarta akan terganggu. Dampak kebakaran hutan dapat melumpuhkan perekonomian nasional.
Urutan hubungan sebab akibat dari paragraf di atas digambarkan dengan alur berikut (tanda panah dibaca menyebabkan)
(a) hutan terbakar --> Jakarta berasap tebal --> gelap --> jarak pandang terbatas --> aktivitas lalu lintas darat dan udara terganggu --> ekonomi regional terganggu.
(b) hutan terbakar --> Jakarta berasap tebal --> jarak pandang terbatas --> peredaran uang terganggu --> lalu lintas jasa --> lalu lintas barang terganggu --> perekonomian nasional terganggu.
(c) hutan terbakar --> asap tebal --> Jakarta gelap --> lalu lintas perdagangan terganggu --> peredaran uang terganggu --> ekonomi nasional terganggu.
(d) hutan terbakar --> Jakarta gelap --> 90% uang beredar di Jakarta --> ekonomi nasional terganggu.
(e) hutan terbakar --> 90% uang pindah ke Jakarta --> ekonomi nasional terganggu.
(2) Indikator Mengembangkan
Indikator mengembangkan berkaitan dengan kemampuan mengembangkan (1) tema/ide penulisan menjadi subtema, (2) mengembangkan subtema yang dipilih menjadi pernyataan/pertanyaan yang menjadi tesis karangan, (3) mengembangkan tesis menjadi kerangka karangan, dan (4) mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf.
Indikator mengembangkan berkaitan juga dengan kemampuan melanjutkan. Dalam melanjutkan/mengembangkan wacana seseorang terikat pada wacana yang mengikuti dan yang mendahuluinya. Kesesuaian bagian lanjutan diperlukan untuk menjaga keutuhan wacana. Indikator melanjutkan dalam menulis, melanjutkan cerita yang dihilangkan bagian awal, tengah, atau akhir, melanjutkan karangan yang dihilangkan bagian awal, tengah, atau akhirnya, melanjutkan surat yang dihilangkan bagian awal, tengah, atau akhirnya, dsb. Contoh tes indikator pengembangan ini dipaparkan berikut.
Dari topik wisata di bawah ini tentukan kalimat yang berisi pembatasan topik sebagai arahan penyusunan kerangka karangan!
Isilah tabel berikut dengan kalimat pernyataan yang menggambarkan pembatasan topik (lihat contoh yang ada).
Topik
Cara Membatasi Topik
Kalimat yang Berisi Pembatasan Topik
Wisata
Tempat
Potensi wisata di Kabupaten Malang cukup banyak
Wisata
Sebab
Wisata alam
Akibat
Wisata sejarah
Rincian
Kembangkan kalimat topik di bawah ini dengan beberapa kalimat penjelas (minimal 5 kalimat penjelas)!
(1) Ditinjau dari bentuknya, puisi lama lebih terikat daripada puisi modern, (2) ..............................., (3) ........................................................................... (4) .................. .......................................... (5) ..............................................................................................
Lengkapilah bagian iklan yang telah dihilangkan dengan kalimat ajakan yang sesuai (tes subjektif).
--------------------------
FILMA sejernih akal sehat
(3) Indikator Memvariasikan/mengubah
Indikator ini berkaitan dengan kemampuan memvariasikan isi, bahasa, dan urutan wacana sesuai dengan konteks. Variasi tersebut dapat berupa variasi kalimat dengan makna yang sama (variasi pasif-aktif, kalimat majemuk-kalimat tunggal, variasi ragam percakapan dan ragam ilmiah). Variasi paragraf misalnya, variasi teknik pengembangan yang berbeda dengan kalimat topik yang sama. Variasi yang dilakukan harus tetap mewadahi ide dasar yang sama. Perbedaannya terletak pada bentuk kalimat, ragam, teknik pengembangan atau bentuk wacana. Di bawah ini dicontohkan tes dengan indikator memvariasikan.
Variasi bentuk wacana
Ubahlah narasi berikut menjadi dialog yang relevan.
Pada suatu hari, datanglah seorang perampok yang sangat kuat dan sakti meminangnya. Roro Anteng ingin menolaknya tetapi ia tak berani. Akhirnya, untuk menerima pinangan itu, ia mengajukan satu syarat yaitu si perampok harus dapat membuat satu laut di tengah-tengah gunung yang pembuatannya harus dimulai sejak matahari terbenam dan harus selesai pada waktu ayam jantan berkokok untuk pertama kali. Oleh karena cinta yang sangat besar kepada si Gadis, permintaan yang luar biasa itu disanggupinya oleh si perampok tersebut.
Variasi kalimat tunggal-majemuk
Manakah kalimat di bawah ini yang memiliki makna yang sama dengan kalimat.
Gadis yang berbaju merah di depan kampus itu keponakan saya.
(a) Gadis itu berbaju merah
(b) Gadis itu keponakan saya
(c) Gadis itu duduk di depan kampus
(d) Gadis itu berbaju merah dan duduk di depan kampus
Variasi pengungkapan langsung dan pengungkapan tidak langsung
Ubahlah kalimat himbauan tidak langsung di bawah ini dengan kalimat himbauan langsung!
(1) Terima kasih Anda tidak merokok
(2) Pasir dikeruk jembatan ambruk
(4) Indikator Menyunting
Indikator menyunting dalam tes menulis mencakup penyuntingan bahasa, penyuntingan teknik (ejaan, tanda baca, dan sistematika), dan penyuntingan isi. Indikator menyunting dalam tes menulis dipecah-pecah lagi dalam indikator yang lebih kecil yakni (1) indikator menghilangkan bagian yang berlebih, (2) melengkapi yang seharusnya ada tetapi belum ada, (3) mengganti bagian yang tidak tepat (paragraf, kalimat, atau kata), (4) memperbaiki (urutan, struktur, ejaan, tanda baca, sistematika, atau isi), dan (5) mengidentifikasi penggunaan bahasa/ejaan yang tidak tepat/yang tepat.
Indikator menyunting dalam tes menulis dapat digunakan secara efektif untuk mengukur kemampuan menggunakan bahasa dalam konteks tertentu. Kemampuan menggunakan kata, kalimat, tanda penghubung dengan berbagai bentuk dan ragam dapat diukur dengan indikator menyunting ini. Kemampuan menggunakan ejaan, tanda baca dan sistematika dapat diukur secara terfokus dengan indikator menyunting ini. Perhatikan contoh-contoh berikut!
Penghilangan
* Sebagaimana telah dikutipkan dalam GBHN bahwa pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Agar kalimat tersebut efektif, bagian kalimat yang harus dihilangkan adalah .....
A. sebagaimana
B. telah
C. dalam
D. bahwa
E. pada
Penggantian
* Sedangkan Saryono (1986:40) mengatakan bahwa sikap terhadap nilai yang baru mempengaruhi kemampuan memahami karakteristik dan implikasi suatu nilai dalam kehidupan. Kata sedangkan pada kalimat tersebut seharusnya diganti dengan ....
A. sebaliknya
B. adapun
C. tetapi
D. namun
E. seterusnya
Mengidentifikasi penggunaan yang salah/yang benar
* Penggunaan konjungsi korelatif dalam kalimat berikut benar.
A. Penerapan nilai Pancasila tidak hanya melalui pemahaman, tetapi juga melalui pengalaman secara pribadi.
B. Penerapan nilai Pancasila bukan hanya melalui pemahaman, tetapi juga melalui pengalaman secara pribadi.
C. Penerapan nilai Pancasila tidak hanya melalui pemahaman, melainkan juga melalui pengalaman secara pribadi.
D. Penerapan nilai Pancasila bukan hanya melalui pemahaman, melainkan juga melalui pengalaman secara pribadi.
E. Penerapan nilai Pancasila bukan hanya melalui pemahaman, melainkan melalui pengalaman secara pribadi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dibedakan antara tes performansi langsung dan performasi tidak langsung. Tes performansi tidak langsung dan tes performansi langsung sesuai dengan pendekatan komunikatif/performantif.
c. Tes Objektif, Subjektif, dan Cloze
Ditinjau dari bentuknya, tes hasil belajar membaca dapat menggunakan bentuk objektif, subjektif, dan tes cloze.
(1) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa sehingga hasil pekerjaan siswa tersebut dapat dikoreksi secara objektif (dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama). Tes objektif yang dibahas disini mencakup tiga jenis yakni (a) tes objektif melengkapi, (b) tes objektif pilihan, dan (c) tes objektif menjodohkan.
(a) Tes Objektif Melengkapi
Tes ragam ini menuntut siswa memberikan jawaban dengan melengkapi yang belum sempurna. Butir tes ini terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang tidak disempurnakan. Siswa tugasnya mengisi atau menjawab soal itu dengan mengisikan kata-kata, nomor, atau simbol dengan tepat. Untuk menyusun tes objektif melengkapi perlu diperhatikan petunjuk berikut.
* Sesuatu yang dihilangkan dan yang harus diisikan hanya mengenai satu macam saja.
* Jawaban atau isi yang diharapkan bukan merupakan kalimat.
* Penghilangan unsur yang harus dijawab hendaknya tidak menyebabkan kaburnya isi kalimat.
(b) Tes Objektif Bentuk Pilihan
Bentuk pilihan yaitu tes yang dilakukan dengan cara siswa memilih dari sejumlah jawaban yang disediakan. Bentuk pilihan dapat berupa (1) soal benar salah, (2) soal pilihan ganda, dan (3) menjodohkan. Khusus untuk bentuk pilihan ganda tersebut dibedakan atas beberapa macam soal. Ragam soal pilihan ganda tersebut dapat berbentuk soal-soal sebagai berikut.
(a) melengkapi lima pilihan
(b) asosiasi dengan lima pilihan
(c) pengecualian
(d) analisis hubungan antar hal
(e) analisis kasus
(f) pemakaian diagram, gambar dan grafik
Untuk menyusun tes pilihan ganda yang baik hendaknya penyusun memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
* pernyataan soal hendaknya sejelas-jelasnya dengan gramatika dan pungtuasi yang benar. Dengan demikian siswa tidak terjebak oleh penggunaan gramatika dan pungtuasi yang salah.
* Option yang disajikan (empat atau lima buah) hendaknya dari bidang yang sama.
* Dalam sistem (kalimat pokoknya) hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian manapun yang dipilih.
* Kalimat pokok dalam setiap butir soal hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal yang lain.
* Option yang disajikan hendaknya jangan tumpang tindih, meskipun option yang baik adalah option yang perbedaannya tipis sekali sehingga menyebabkan siswa berpikir lebih lama.
* Hindarkan penggunaan susunan pernyataan persis di dalam buku pelajaran.
* Option yang disajikan hendaknya baik dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun secara teknis.
(c) Tes Objektif Menjodohkan (Matching)
Ragam soal jenis ini terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban dalam serentetan seri jawaban yang disediakan. Tugas siswa dalam ragam soal jenis ini adalah mencari dan menjodohkan masing-masing dengan jawaban-jawaban yang tersedia dalam kolom terjodoh (seri jawaban). Jenis tes ini cocok untuk mengukur kemampuan identifikasi hubungan antara dua hal. Ragam tes ini terdiri dari dua lajur. Lajur kiri biasanya berisi pernyataan yang belum lengkap sedang lajur kanan soal berisi jawaban atau pelengkap.
Petunjuk penyusunan tes menjodohkan adalah sebagai berikut.
* Seri pertanyaan dalam tes menjodohkan diusahakan tidak lebih dari sepuluh soal, sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak jelas lebih membingungkan siswa.
* Jumlah yang harus dipilih hendaknya harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (kurang lebih satu setengah kali). Dengan demikian siswa dihadapkan pada banyak pilihan yang semuanya diusahakan mempunyai kemungkinan benar dan cocok dengan pertanyaan disajikan.
* Lingkup bahan yang akan diteskan dalam satu unit tes penjodohan hendaknya bahan yang sejenis.
* Tempatkan soal dan jawaban pada halaman yang sama.
(2) Tes Subjektif
Tes subjektif adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan bahasa siswa sendiri. Dalam tes subjektif siswa relatif bebas untuk mendekati masalahnya, menentukan informasi faktual yang digunakannya, mengorganisasikan jawaban dan seberapa besar tekanan yang diberikan pada setiap aspek jawabannya. Dengan demikian tes subjektif ini dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menganalisis, mensintesis fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipahaminya. Jawaban tes subjektif ini menunjukkan kualitas cara berpikir siswa, aktivitas kognitif tingkat tinggi, dan kedalaman pemahaman siswa terhadap masalah yang dihadapi.
Tes subjektif ini mementingkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Cara berpikir yang ditekankan pada tes subjektif ini adalah bagaimana siswa sampai pada suatu kesimpulan dan bukan semata-mata kesimpulannya sendiri. Tes jenis ini sangat penting untuk menguji kemampuan siswa yang berkaitan dengan cara mengorganisasi pengetahuan dengan kata-kata siswa sendiri. Dengan sifat tes subjektif ini jelas jawaban siswa akan sangat bervariasi. Hal inilah yang sangat mempengaruhi unsur subjektivitas pengoreksi.
Petunjuk penyusunan tes subjektif adalah sebagai berikut.
(a) Soal-soal tes hendaknya dapat mencakup ide-ide pokok dari bahan yang dapat diteskan sehingga soal tersebut sifatnya komprehensif.
(b) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
(c) Pertanyaan hendaknya tegas, singkat, dan jelas sehingga menuntun ke arah jawaban yang diminta.
(d) Pada waktu menyusun hendaknya sudah dilengkapi dengan rambu-rambu jawabannya serta kriteria pedoman penilaiannya.
Contoh Tes Evaluasi Menulis
Contoh ke-1
Marilah sekarang berlatih menggunakan tanda baca titik yang kaidahnya sudah dikemukakan di atas. Karena tanda titiknya tidak ada, maka huruf-hurufnya pun sengaja disajikan dalam huruf kecil. Dengan demikian, tugas Anda ada dua macam, yaitu:
(1) mencantumkan tanda baca titik,
(2) menyesuaikan huruf-huruf dalam bacaan.
Hasil yang diharapkan: Bacaan yang tertulis dengan ejaan yang benar!
Bahannya diambilkan dari sebuah cerita. Dalam pelatihan ini sengaja tanda bacanya yang berupa tanda titik dihilangkan. Anda bertugas mengembalikan tanda titik ke dalam kutipan bacaan.
buaya melotot, penonton menjerit
(1) ini bukan buaya buatan atau pun buaya-buayaan namun benar-benar buaya yang didatangkan dari afrika buaya dengan panjang 2 meter tersebut bergulat dengan manusia acara gulat manusia melawan buaya itu kemarin dipertontonkan tempat hiburan taman lele, semarang
(2) buaya afrika yang awalnya mulutnya diikat dengan dadung itu tampak masih ganas saat diikat saja buaya tersebut sempat menggegerkan penonton di bawah panggung pasalnya, buaya tersebut sempat menggeliat dan lepas kendali penonton di belakang panggung sempat geger tapi akhirnya dapat dijinakkan kembali oleh pawangnya
(3) begitu mulai ditampilkan dan dilepaskan tali pengikatnya, buaya yang tampak ganas itu terus menggeliat-geliat berkat keterampilan sang pawang, akhirnya buaya tidak dapat berbuat banyak dan hanya bisa mendelik (menatap tajam) penonton saja otomatis penonton yang disorot sempat menghentikan napasnya karena melihat adegan itu mereka jadi deg-degan, menjerit, dan ada yang lari menjauh karena ketakutan "buaya dari afrika ini dikenal ganas tapi sudah sebulan ini sejak didatangkan ke indonesia menjadi sedikit lunak tak segan-segan menerkam saya, tapi dapat dipegang kelemahannya," kata parno, orang yang selama ini memelihara buaya tersebut
(4) adegan yang dihadiri ribuan penonton di taman lele tersebut semakin menarik karena selain menampilkan pergulatan antara buaya dengan manusia, sebelumnya juga ditampilkan kesenian rakyat, yakni musik dangdut dengan penyanyi sangat erotis musik dangdut itu juga menampilkan penari ular puluhan penyanyi dengan vokal dengan gayanya yang menggoda, membuat penonton semakin terhipnotis dan terus berjoget meski di bawah terik panas matahari
(5) penonton yang kebanyakan remaja tersebut seakan tidak kenal lelah berjoget, melenggok dan kadang berteriak histeris menyambut rayuan penyanyi yang berkata manja dan menggoda mereka menyanyikan lagu-lagu langgam jawa, dangdut, dan kadang bermain banyolan yang porno agar membuat penonton tertawa dan tertarik
(6) menurut direktur naga gini group fx soetono, acara seperti ini diadakan sebulan sekali di taman lele jika biasanya tempat wisata hanya digunakan sebagai obyek ular, buaya, dan kalangan muda pacaran di bukit, dalam hari-hari tertentu dalam sebulan mendatangkan penyanyi dangdut dan tontonan lain
(7) "tidak setiap minggu warga semarang dapat menikmati hiburan gulat buaya seperti ini biasanya mereka hanya menikmati lingkungan pegunungan yang redup dan sumber air di bawah pohon namun kali ini kami ingin memberi kejutan kepada pengunjung agar lebih melestarikan kawasan wisata di kota semarang ini ," jelasnya
(8) beberapa pedagang ketika ditemui mengatakan, "jika ada dangdut, taman lele ini sangat ramai mas pengunjungnya bukan hanya dari semarang namun dari luar kota seperti kendal penghasilan kami meningkat tajam," kata seorang pedagang kepada jateng pos
(9) fx soetono menyatakan, model hiburan dengan mendatangkan buaya semacam itu terus mereka lakukan dalam rangka menarik pengunjung baru
Contoh ke-2
Tugas Membuat Intisari Bacaan
(Teks bacaan sengaja tidak ditulis di sini, tetapi pada bentuk soal yang sebenarnya, teks itu disiapkan.).
Tugas berikut ini diselesaikan dalam kerja kelompok.
Sesudah ditemukan inti bacaan, selanjutnya harap dituliskan dalam dua kalimat sebuah wacana yang memuat informasi sebagaimana yang sudah Anda baca.
Misalnya:
Dalam rangka Peringatan Hari Pahlawan 10 November, Presiden RI menganugerahkan ................................... Penerima gelar Pahlawan sekaligus Bintang Mahaputera adalah ..........., penerima anugerah Bintang ....... adalah ....., sedangkan penerima ..... adalah .................
Contoh ke-3
Tugas Menemukan Gagasan Utama dengan Teknik Membaca Cepat
1. Apakah gagasan utama pada paragraf berikut?
Pertumbuhan kawasan industri sangat cepat dalam tiga tahun terakhir, dengan konsentrasi di Jawa Barat, Jawa Timur dan Batam. Kawasan industri tumbuh dengan tawaran kemudahan kepada investor. Usaha ini menjanjikan lahan yang sudah siap pakai dengan prasarana berupa listrik, air, dan telepon, serta pelayanan terpadu. Tentu saja bukan satu-satunya faktor yang membuat rencana investasi 1990 melonjak tajam dibanding tahun sebelumnya. Komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan kawasan industri, ternyata ikut meningkatkan investasi asing yang pada 1990 mencapai US$8,7 milyar, atau naik 80% bila dibanding dibanding dengan investasi tahun 1989. Inverstasi asing tersebut, paling banyak berasal dari Jepang (25%), disusul Hongkong 11,4%, Korea Selatan 8,3%, dan Taiwan 7,1%. Bahkan para pengusaha Jepang telah memandang Indonesia sebagai tempat investasi menarik di Asia.
Menurut pendapat saya, gagasan utama pada paragraf tersebut ialah:
(a) pertumbuhan kawasan industri
(b) pertumbuhan kawasan industri yang cepat
(c) pertumbuhan kawasan industri di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Batam
2. Apakah gagasan utama pada paragraf berikut?
Kawasan industri yang paling mencolok perkembangannya adalah di Jawa Barat. Pemda wilayah ini telah mencadangkan sedikitnya 18.000 ha untuk pembangunan kawaan industri. Sebenarnya, permintaan investor pengelolaan kawasan industri mencapai 40.000 ha.. Alokasi tersebut tersebar di sembilan wilayah kabupaten, masing-masing adalah Kabupaten Serang 3.500 ha, Kabupaten Tangeran 3,000 ha, Kabupaten Bogor 500 ha, Kabupaten Bekasi 3.000 ha, Kabupaten Karawang 5.500 ha, Kabupaten Purwakarta 1.000 ha, Kabupaten Bandung 600 ha, Kabupaten Sumedang 400 ha, dan Kabupaten Cirebon 500 ha.
Menurut pendapat saya, gagasan utama pada paragraf tersebut ialah:
(a) kawasan industridi Jawa Barat
(b) permintaan investor
(c) tersebar di sembilan wilayah kabupaten,
3.Apakah gagasan utama pada paragraf berikut?
Jawa Timur sebagai salah satu pusat industri tak ketinggalan. Di provinsi ini tersedia lahan 14.000 ha yang akan digarap oleh 24 perusahaan kawasan industri, dengan konsentrasi sekitar Surabaya dan Madura. Selanjutnya, Batam sebagai salah satu unsur segitiga pertumbuhan (Singapura-Riau-Johor), juga memacu kawasan industri, dengan mengizinkan delapan investor untuk mengelola kawasan industri seluas 2.000 ha.
Menurut pendapat saya, gagasan utama pada paragraf tersebut ialah:
(a) lahan 14.000 ha
(b) segitiga pertumbuhan (Singapura-Riau-Johor).
(c) Jawa Timur sebagai pusat industri
4. Apakah gagasan utama pada paragraf berikut?
Persoalan pertama yang muncul dalam industri ini tentu soal tanah. Selain spekulasi, yang mendorong harga tanah melambung, tidak jarang setatus tanah juga menimbulkan masalah. Karena itu pemerintah jauh hari sudah membatasi pemberian izin untuk lokasi yang dapat menimbulkan sengketa. Menurut Menteri Muda Perindustrian, yang juga menjabat koordinator kawasan industri, pemerintah tidak akan menggusur pemukiman, termasuk sekolah, untuk kepentingan kawasan industri. . Ia menjamin hal itu, asalkan pemukiman yang ada memang memenuhi Rencana Umum Tata Ruang (RUTR).
Menurut pendapat saya, gagasan utama pada paragraf tersebut ialah:
(a) persoalan pertama dalam industri
(b) soal tanah
(c) pembatasan pemberian izin
5.Apakah gagasan utama pada paragraf berikut?
Bisnis kawasan industri (KI), memang mudah disalahartikan hanya sebagai penguasaan dan menyewakan tanah. Meskipun sebenarnya adalah usaha yang menyediakan layanan terpadu kepada investor, jadi bukan sekedar soal tanah. Peringatan kepada pengelola KI dikemukakan Ketua Kadin Sotion Ardjanggi, agar mereka tidak memasarkan kavling sebelum berbagai sarana vital yang dibutuhkan calon investor tersedia. Belakangan ini banyak pengelola KI yang memasarkan kavlingnya tanpa menyediakan prasarana yang cukup. Akibatnya, banyak investor yang membeli tanah tersebut tetapi tidak dapat memanfaatkan fasilitas secara penuh sehingga rencananya menjadi tertunda. Kekhawatiran calon investor ini dapat dimengerti.
Menurut pendapat saya, gagasan utama pada paragraf tersebut ialah:
(a) layanan terpadu kepada investor
(b) pemasaran kavling
(c) penyalahartian bisnis kawasan industri
6. Apakah gagasan utama pada paragraf berikut?
Tampaknya, kecenderungan pengelola KI untuk segera memasarkan kavilingnya juga didorong oleh persaingan yang semakin ketat. "Sekarang orang kejar-kejaran mendirikan kawasan industri, padahal belum jelas siapa yang mau mengisi," kata Vice President Bekasi Internasional Industrial Estate (BIIE), Wisnu Lohanatha. Padahal mendirikan KI memerlukan investasi yang tidak sedikit. BIIE yang mengelola 200 ha saja, diperkirakan perlu investasi sedikitnya Rp 50 Milyar.
Menurut pendapat saya, gagasan utama pada paragraf tersebut ialah:
(a) kecenderungan pengelola kavling memasarkan kavlingnya
(b) kejar-kejaranmendirikan kawasan industri
(c) memerlukan investasi dari BIIE.
Contoh ke-4
1. Perhatikanlah judul bacaan di atas! Apakah judulnya?
Jawab: Judul bacaan di atas ialah .................................
2. Gagasan utama pada bacaan di atas harap ditulis sekali lagi di sini!
Gagasan utama bacaan tersebut adalah:
........................................................................................................
........................................................................................................
Jika gagasan utama itu diringkas menjadi (1) bagian inti dan (2) penjelas, maka diperoleh inti bacaan. Dengan demikian, inti bacaan di atas ialah ...............................................................................................
................................................................................................................
Contoh ke-5
Tugas: Mendiskusikan Laporan Perjalanan dan Menyusun Laporan yang Serupa
Misalnya:
Sesudah dilakukan perjalanan dengan keretaapi dari Surabaya, Semarang, dan Jakarta oleh siswa Kelas I SMU 5 Mojokerto, dibuatlah sebuah laporan mereka.
Dua orang siswa bertugas untuk membuat draf laporan. Draf laporan itu sebagai berikut:
LAPORAN PERJALANAN DARI SURABAYA SAMPAI JAKARTA
OLEH SISWA SMU KELAS I
Kepergian kami dari Surabaya ke Jakarta dengan menggunakan Keretapi Argo Merbabu, sebab kereta inilah yang dijalankan pada siang hari. Kami berangkat dari Stasiun Pasarturi pukul 06.00 tepat. Tiba di Stasiun Gambir pada pukul 16.00.
Kami sangat senang dalam perjalanan itu. Gerbong keretanya sejuk dan kami dapat menonton teve sepanjang perjalanan. Ketua rombongan minta kepada petugas agar teve di gerbong kami dimatikan karena kami bertugas untuk mengamati kawasan industri yang ada di sekitar rel keretapi jalur pantura.
Sepanjang perjalanan beberapa teman yang membawa kamera membidik bangunan-bangunan pabrik yang tampak dari dalam gerbong. Ada beberapa teman yang bertugas mencatat nama kota yang dilewati keretapi.
Hasilnya sungguh memuaskan. Tidak kurang dari 500 pabrik dan industri yang berhasil dibuat rekamannya dalam bentuk foto. Rekaman foto itu kami jadikan album dan dijadikan lampiran laporan ini.
Kami mendapat tugas dari Bapak Kepala Sekolah agar peduli lingkungan. Lingkungan di pantura Pulau Jawa, dari Timur ke Barat sudah cukup banyak didirikan industri. Industri itu berdiri di bekas lahan persawahan, bekas tambak ikan, dan di tepi sungai. Di samping ada keuntungan, ada juga kerugiannya. Kerugiannya adalah karena lingkungan tercemar oleh limbah pabrik. Banyak tanaman yang mati dan tambak di sekitar pabrik sudah tidak dapat menghasilkan ikan. Di samping itu, terjadi pencemaran udara yang menyebabkan sesak napas.
Rombongan kami setibanya di Jakarta menuju ke Taman Mini Indonesia Indah dan langsung menuju tempat bermalam. Kami lelah semua. Sesudah mandi dan makan, kami tidur lelap mulai pukuyl sembilan. Kami merencanakan mengunjungi Monas, Museum, Kebun Binatang, dan beberapa objek yang lain. Rencananya, kami ada di Jakarta selama empat hari. Kami diterima oleh Bapak Menteri Pendidikan Nasional pada hari kedua kunjungan kami di Jakarta. Dari beliau, kami memperoleh pesan dan nasihat untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan dan jangan sekali-kali menjadi orang sombong dan menjadi orang asing di desa kami.
Sekian laporan kami.
Atas Nama Siswa Kelas I SMU 5 Mojokerto
Pembahasan:
1. Draf laporan tersebut disempurnakan oleh anggota rombongan. Beberapa orang siswa yang menjadi anggota rombongan menyampaikan saran perbaikan. Isi sarannya:
a. A minta agar laporannya dirapikan dan diatur mulai dari pemberian tugas oleh Kepala Sekolah.
b. B menyetujui saran A dan ditambah dengan tujuan kepergian ke Jakarta.
c. C menyarankan agar tujuan itu dikaitkan dengan mata pelajaran yang relevan dengan kunjungan ini sebab kunjungan ini bukan untuk bersenang-senang melainkan untuk belajar.
d. D menyarankan agar biaya dan penggunaan biaya dicantumkan untuk memberikan pengalaman kepada rekan-rekan lain yang akan melakukan kunjungan yang sama.
e. E ingin menambahkan tema kunjungan.
2. Selanjutnya, harap dibuat pembahasan itu dalam bentuk kalimat dengan mengandaikan seakan-akan yang melakukan kunjungan tersebut adalah kelas Anda! Misalnya:
"Assalamu 'alaikum. Saudara Ketua, saya menyampaikan saran untuk menyempurnakan laporan ini. Laporan ini perlu dirapikan dan disusun menurut pola urutan begini. Apa tujuannya, apa sarana untuk menuju ke sana, bagaimana pembagian kerja kelompoknya, dan hambatan apa yang dijumpai. Wassalam. Terima kasih".
Bagaimana saran-saran yang lain?
Harap diperhatikan:
Penyampaian saran harap dilakukan dengan sopan, singkat, dan jelas.
Contoh ke-6
Tugas: Menemukan Gagasan Utama dan Mengembangkannya menjadi Wacana Serupa
Harap dibaca dengan cepat wacana di bawah ini; sesudah itu tuliskan pengetahuan yang Anda peroleh dari wacana tersebut!
1. Harap ditemukan gagasan utama pada paragraf di bawah ini!
. Guruh Soekarnoputra selama ini dikenal khalayak ramai koreografer dan mengarang lagu. Namun diam-diam pemuda tampan yang genap berumur 46 tahun pada 13 Januari 1999, mulai menyandang predikat baru: menjadi seniman penderma. Beramal untuk orang lain, khususnya anak-anak putus sekolah dan para seniman yang "terlupakan", dengan cara "menjual" pagelaran seni, itulah yang dilakukan Guruh bersama puluhan muda-mudi anak buahnya di GSP Productions ketika menggelar pagelaran tari bertajuk The Spirit of Indonesia di Balairung Sapta Pesona, Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya, Jakarta, pada hari Jum'at tgl. 16 Januari 1999 malam.
a. Dengan The Spirit of Indonesia Guruh mempunyai tujuan untuk .......
Kunci jawaban tersebut terdapat pada kalimat ....................................
b. Wacana serupa yang dikembangkan dari gagasan utama di atas ialah:
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
2. Harap ditemukan gagasan utama pada paragraf di bawah ini!
Dengan bendera Malam Amal itu pula maka dikutiplah dari setiap penonton "uang karcis" seharga 100 dan 50 dollar AS untuk setiap kursi. Namun apalah arti uang sebanyak itu bagi para konglomerat Indonesia dan kaum ekspatriat di Jakarta yang memang berniat mau beramal untuk orang lain. Dan bersyukurlah mereka kalau Guruh berhasil menyediakan sarana dan peluang itu melalui The Spirit of Indonesia.
a. Gagasan utama paragraf tersebut ialah
..............................................................................................................
b.Wacana serupa yang dikembangkan dari gagasan utama di atas ialah:
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
3. Harap ditemukan gagasan utama pada paragraf di bawah ini!
Tentu bukan Guruh namanya, bila koreografi tari-tariannya tak menampilkan gerakan-gerakan lincah, dinamik, dan wajah-wajah segar para penarinya. Acara pentas itu dibuka dengan Gending Sriwijaya sebagai tarian "Selamat Datang", selanjutnya The Spirit of Indonesia langsung menampilkan tarian Klana Bardopatih, yakni bagian terakhir dari Topeng Cirebon yang terkenal itu.
a. Gagasan utama paragraf tersebut ialah
..............................................................................................................
b. Wacana serupa yang dikembangkan dari gagasan utama di atas ialah:
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
4. Harap ditemukan gagasan utama pada paragraf di bawah ini!
Penampilan Mak Sawitri (74), empu tari sekaligus pimpinan Sanggar Tari Topeng Purwakencana asal Losari (Cirebon), serasa memberikan atmosfer baru di panggung yang semula kelihatan kurang ada greget atau gairah. Nuansa pertunjukkan seni yang mulai terbangun lewat Mak Sawitri berlanjut dengan tari Legong Jobog tentang drama perebutan barang wasiat Cupu Manik Astagina antara dua kera bersaudara, Sugriwa dan Subali.
a. Gagasan utama paragraf tersebut ialah
..............................................................................................................
b. Wacana serupa yang dikembangkan dari gagasan utama di atas ialah:
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
5. Harap ditemukan gagasan utama pada paragraf di bawah ini!
Itu semua memang masih menyisakan kesan kental sebagai tari-tarian klasik-tradisional. Barulah pada Puspa Ragam Melayu, ciri-ciri khusus yang begitu khas pada semua koreografi Guruh lalu begitu jelas. Yakni lenggak-lenggoknya para penari perempuan yang rata-rata berwajah segar dan roman muka sumringah dan - seakan tak mau kalah penampilam - para penari pria pun ikut bergoyang genit sembari kadang-kadang melakukan gerakan-gerakan dinamis dan macho.
a. Gagasan utama paragraf tersebut ialah
..............................................................................................................
b. Wacana serupa yang dikembangkan dari gagasan utama di atas ialah:
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
7. Harap ditemukan gagasan utama pada paragraf di bawah ini!
WAJAH-wajah segar, gerak-gerak dinamik bergaya macho dan seksi layaknya para penari kabaret di klub-klub malam sekitar Montmartre di Paris adalah pemandangan sangat khas pada sesi kedua pagelaran The Spirit of Indonesia. Dibanding sesi pertama yang sempat menimbulkan kebosanan karena banyak adengan kedodoran, pagelaran kedua berhasil menggelorakan semangat antusiasme di kalangan penonton.
a. Gagasan utama paragraf tersebut ialah
..............................................................................................................
b. Wacana serupa yang dikembangkan dari gagasan utama di atas ialah:
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
8. Harap ditemukan gagasan utama pada paragraf di bawah ini!
Di nomor-nomor tarian berciri gerakan-gerakan energik inilah Guruh rasanya berhasil membuktikan diri sebagai koreografer penghibur yang piawai. Setidaknya, bila sukses itu diukur oleh minat para penonton yang terus memelototi kiprah para penari, baik perempuan dan pria, yang dengan kostum warna-warni dan menarik suka berlenggak-lenggok sembari mengumbar senyum.
a. Gagasan utama paragraf tersebut ialah
..............................................................................................................
b. Wacana serupa yang dikembangkan dari gagasan utama di atas ialah:
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
8. Harap ditemukan gagasan utama pada paragraf di bawah ini!
Begitulah lewat Gandrung Greget Sari dan Pasundan Sari - dua tarian Jawa Barat dengan tampilan serba khas dari Bumi Pasundan seperti angklung dan nyanyian Sunda - Guruh berhasil menarik minat penonton untuk menikmati suguhan seninya. Dan hasilnya tampak, yakni meriahnya tepuk tangan penanton yang bisa merasakan dengan sangat gamblang greget-nya Guruh dari karya koreografi yang lebih mengacu pada konsep tarian modern-kontemporer ini. (ryi)
a. Gagasan utama paragraf tersebut ialah
..............................................................................................................
b. Wacana serupa yang dikembangkan dari gagasan utama di atas ialah:
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Contoh ke-7
Tugas: Membuat Intisari Bacaan
Misalkan disajikan sebuah teks bacaan, kemudian disajikan tugas-tugas berikut!
1. Perhatikanlah judul bacaan di atas! Apakah judulnya?
Jawab: Judul bacaan di atas ialah .................................
2. Dari paragraf-paragraf dalam bacaan tersebut dapat dibuat intisarinya. Tanda-tanda untuk setiap paragraf sudah diketahui, bukan? Adakan diskusi dengan teman-teman Anda! Sesudah itu, Anda dapat mencoba membuat intisarinya! Perhatikan kalimat-kalimat utamanya! Jika perlu, kalimat utama itu diperjelas dengan contoh-contoh seperti yang ditulis di dalam setiap paragraf! Marilah dibuat intisarinya!
a. Intisari paragraf yang pertama ialah .........
b. Intisari paragraf yang kedua ialah .............
c. Intisari paragraf yang ketiga ialah ...........
d.Intisari paragraf yang keempat ialah ..........
e. Intisari paragraf yang kelima ialah .........
f. Intisari paragraf yang keenam ialah .........
g. Intisari paragraf yang ketujuh ialah ..........
h. Intisari paragraf yang kedelapan ialah ..........
Himpunan intisari tersebut dipadukan menjadi satu paragraf, yaitu:
................................................................................................................................
Contoh ke-8
Tugas: Mengamati Lingkungan
Harap diperhatikan halaman rumah Anda! Catatlah apa yang Anda lihat dan yang Anda dengarkan! Anda akan mendapatkan daftar kata. Sesudah itu, buatlah kalimat yang berdasarkan kata-kata itu!
Contoh ke-9
Tugas: Mengembangkan Kata menjadi Kalimat
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata berikut!
a. Kata televisi sebagai subjek kalimat.
Kalimatnya ialah:
.........................................................................................................................
b. Kata televisi sebagai subjek objek kalimat.
Kalimatnya ialah:
.........................................................................................................................
c. Kata sepeda motor sebagai subjek kalimat.
Kalimatnya ialah:
.........................................................................................................................
d. Kata sepeda motori sebagai objek kalimat.
Kalimatnya ialah:
.........................................................................................................................
Contoh ke-9
Tugas: Menemukan dan Menjelaskan Makna Kata dan Istilah
Misalkan disediakan teks bacaan yang memuat kata atau istilah di bawah ini.
Pada wacana bacaan tersebut dapat ditemukan kata-kata atau istilah yang khas. Misalnya: koreografer yang bernama penggubah tarian. Mungkin masih ada lagi kata-kata atau istilah lain yang memerlukan penjelasan! Harap didaftar menjadi "kamus kecil"
1) dikenal
Apakah maknanya sama dengan (a) diketahui, (b) dilihat, (c) dipahami?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
2) khalayak ramai
Apakah maknanya sama dengan (a) keributan, (b) orang banyak, (c) orang kebanyakan?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
3) koreografer
Apakah maknanya sama dengan (a) penari, (b) perias penari, (c) pencipta tari ?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
4) pengarang lagu.
Apakah maknanya sama dengan (a) pemain musik, (b) penulis teks lagu, (c) pengghubah lagu?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
5) diam-diam
Apakah maknanya sama dengan (a) duduk-duduk, (b) tanpa pemberitahuan , (c) tidak mau berbicara?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
6) pemuda tampan
Apakah maknanya sama dengan (a) cowok pembawa barang, (b) laki-laki gagah, (c) anak muda laki-laki cakep?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
7) menyandang predikat baru
Apakah maknanya sama dengan (a) mempunyai sebutan baru, (b) memiliki gelar baru, (c) memikul beban berat?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
8) seniman penderma
Apakah maknanya sama dengan (a) ahli kritik seni, (b) pengabdi masyarakat melalui seni , (c) pencari dana untuk amal?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
9) beramal untuk orang lain
Apakah maknanya sama dengan (a) berbuat untuk sesama , (b) bekerja untuk kepentingan orang yang menderita, (c) bertindak untuk menolong korban kecelakaan ?
10) anak-anak putus sekolah
Apakah maknanya sama dengan (a) muid yang tidak dapat melanjutkan bersekolah, (b) tidak lulus ujian, (c) siswa yang dikeluarkan dari sekolah?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
11) yang "terlupakan"
Apakah maknanya sama dengan (a) tidak tercatat lagi, (b) tidak dapat aktif lagi, (c) sudah uzur?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
12) "menjual" pagelaran seni
Apakah maknanya sama dengan (a) mengumpulkan dana melalui pentas seni, (b) menukar panggung pertunjukan, (c) menggadaikan gedung kesenian?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
13) anak buah
Apakah maknanya sama dengan (a) calon buah, (b) orang yang dipimpin , (c) anggota organisasi?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
14) menggelar pagelaran tari
Apakah maknanya sama dengan (a) mempertunjukan keterampilan dalam bidang tari , (b) memberikan gelar penari, (c) memaparkan makna seni tari?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
15) bertajuk
Apakah maknanya sama dengan (a) berjudul, (b) berpangkal , (c) berbunga ?
bendera Malam Amal
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
16) bendera
Apakah makna "bendera" di sini sama dengan (a) kegiatan, (b) pertunjukan, (c) pameran?
Harap dibuat kalimat dengan kata-kata tersebut untuk menunjukkan perbedaan maknanya dalam konteks kalimat!
1.4 Evaluasi Proses Menulis
Menulis merupakan keterampilan ekspresif. Dalam pelatihan atau pembelajaran keterampilan ekspresif, di samping aspek isi dan aktivitas/ekspresi, faktor penalaran juga amat penting untuk diperhatikan. Dengan demikian, ada tiga aspek utama indikator untuk evaluasi proses menulis: penggunaan bahasa dan isi, dan penalaran.
Berikut ini diberikan contoh format untuk evaluasi menulis dengan indikator mengacu pada tiga aspek tersebut. Pemerhatian pada salah satu aspek yang dijadikan fokus dilakukan dengan cara memberi bobot tinggi.
Format Evaluasi Menulis
Nama Siswa :
Kelas :
Penilai :
No
Indikator
Bobot
Skor
Bobot x Skor
1
2
Penggunaan Bahasa
a. Ejaan
b. Pilihan kata
c. Struktur kalimat
d. Paragraf
e. Gaya bahasa
Isi dan Penalaran
a. Keruntutan
b. Pengembangan isi
c. Relevansi argumentasi
d. Kedalaman argumentasi
Jumlah Skor
Rata-rata
1.5 Penskoran
Penskoran biasanya digunakan guru sebagai bagian penentuan sistem penjenjangan. Sistem penjenjangan yang direncanakan dengan baik dan dipahami siswa dengan jelas akan: (1) memberi masukan kepada siswa tentang apa yang telah mereka lakukan, dan (2) mencapai pemahaman yang bernilai bagi siswa dan guru dalam hal pemahaman pembelajaran dan keberhasilan program pengajaran. Jadi, penskoran dapat bermakna informatif dan evaluatif.
Dua sistem yang banyak dipakai dalam menilai kemajuan pembelajaran menulis adalah penskoran holistik (holistic) dan khusus (primary trait). Sistem mana yang dipilih ditentukan sebelum kegiatan menulis dilakukan dan sebaiknya tujuan serta metode evaluasi yang dipilih dapat dipahami siswa dengan jelas.
1.5.1 Penskoran Holistik
Tujuan sistem penskoran holistik adalah untuk melihat karya tulisan sebagai produk keseluruhan, bukan sebagai bagian kelompok yang terpisah, disatukan, lalu menjadi keseluruhan. Dalam penskoran holistik, bagian-bagian tidak terpisah-pisah. Sistem ini berasumsi bahwa semua faktor dalam menulis terjalin berkelindan dan sama pentingnya dan karenanya tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang.
Penskoran holistik berdasarkan tiga skala, yaitu skala-9, skala-6, dan skala-4. Pilihan skala ini terutama tergantung dari tujuan yang telah ditetapkan guru. Berikut ini adalah contoh untuk skala-9 (untuk penskoran 1-10) dan skala-4 (untuk A,B,C,D).
Skala-9
9-8
Karangan sangat baik. Skor 9 layak diberikan kepada karangan yang hampir sempurna dalam isi, organisasi, mekanik, dan penggunaan bahasa. Skor 8 setingkat lebih rendah dari skor 9
7
Masih sangat baik namun kurang begitu baik dalam hal organisasi, kreatif, dan penonjolan
6-5
Karangan cukup baik namun kurang dalam organisasi, isi, gaya, dan/atau mekanik
4-3
Karangan kurang baik karena lemah dalam organisasi, isi, gaya, dan/atau mekanik
2
Karangan sangat lemah dalam mengungkapkan topik, dan memiliki kesalahan dalam organisasi, isi, penggunaan bahasa, gaya, dan mekanik
1
Karangan menyatakan topik namun tidak terorganisir, tak terungkapkan, dan banyak kesalahan
Skala-4
4
Karangan sangat baik yang menampilkan organisasi yang sangat baik, penggunaan bahasa yang kaya dan lancar, isi dan mekanik sangat baik
3
Karangan menunjukkan kecukupan organisasi, isi, penggunaan bahasa, dan menguasai mekanik. Namun kurang imajinasi dan kreativitas.
2
Karangan kurang baik dalam hal organisasi, isi, penggunaan bahasa, dan/atau mekanik
1
Karangan yang takberterima, menyatakan topik namun lemah dalam organisasi, isi, dan penggunaan bahasa, serta banyak kesalahan mekanik
Guru dapat membuat indikator sendiri sesuai dengan tujuan-tujuan khusus dalam kegiatan mengarang. Misalnya indikator skala-4 untuk paragraf naratif konvensional.
Skala-4 (Naratif)
4
Karangan sangat baik. Organisasi sangat baik. Kalimat topik sangat jelas membatasi pikiran utama. Isi karangan menyajikan informasi dalam urutan logis. Kesimpulan jelas menyatakan kembali pikiran utama. Ketepatan kosa kata, kalimat beragam, dan kesalahan mekanik sangat sedikit.
3
Karangan cukup baik. Organisasi jelas. Isi dan penggunaan bahasa dapat dipahami. Ada sedikit kesalahan mekanik.
2
Karangan kurang baik dalam hal organisasi, isi, penggunaan bahasa, dan/atau mekanik
1
Paragraf takberterima karena tidak secara jelas mengungkapkan pikiran utama dan banyak kesalahan mekanik.
1.5.2 Penskoran Analitik
Penskoran analitik secara lengkap memperhatikan bagian-bagain atau komponen kemampuan mengarang. Setiap komponen diberi skor dan dujumlahkan untuk mendapatkan skor total.
1.5.2.1 Komponen Kemampuan Menulis
Krashen (1984) membagi kemampuan menulis atas kompetensi dan kinerja. Kompetensi merupakan pengetahuan abstrak penulis tentang penulisan, sedangkan kinerja adalah kemampuan menggunakan kompetensi dalam karya tulis yang sebenarnya. Kompetensi dapat berupa pengetahuan ciri-ciri formal atau onvensional dari berbagai prosa yang dapat dipanggil kembali dalam hal pengorganisasian dan pengekspresian gagasan. Menurut Flower dan Hayes (1980), kompetensi diperoleh dari pemajanan bentuk tulisan yang bermakna seperti koran, majalah, buku, dan tulisan lainnya; sedangkan kinerja terbantu oleh banyaknya latihan. Itu berarti bahwa menulis adalah pekerjaan yang berdasar kemampuan yang diperoleh dari pengalaman belajar.
Kemampuan menulis adalah kemampuan menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar, dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun menurut penalaran dan retorika yang tepat. Ini berarti bahwa menulis banyak tergantung dari bagaimana kita menggunakan sumber-sumber linguistik, karena menulis merupakan bentuk penyajian bentuk linguistik khusus -seperti kata Read yang terdapat dalam Martlew (1983).
Menulis merupakan suatu tindak perekaman dan atau pengkomunikasian; dan ini berarti menulis juga merupakan suatu jenis berpikir. Sebagai suatu jenis berpikir, menulis adalah prosedur penemuan kreatif yang dikarakterisasikan oleh kedinamisan saling pengaruh antara isi dan bahasa. Dengan kata lain, menulis adalah menerjemahkan pikiran kita ke dalam bahasa.
Oleh karena berkomunikasi melalui medium karangan tidak memungkinkan adanya lagi bentuk komunikasi tambahan lain (nonverbal) maka organisasi kalimat dalam teks pertalian keseluruhannya harus jelas dan lengkap. Kejelasan dan kelengkapan karangan didukung oleh berbagai komponen menulis yang perlu dikuasai oleh penulis.
Kemampuan menulis merupakan penerapan kemampuan akumulatif dari berbagai kemampuan. Kemampuan tersebut di antaranya pemakaian ejaan dan pungtuasi, struktur kalimat, kosa kata, dan paragraf (Akhadiah, 1988). Hasenstab dan Laughton (1982) membaginya menjadi lima komponen yaitu kohesi teks, pragmatik, semantik, kalimat, dan grafomorfofonemik. Diederich (1974) mengemukakan komponen gagasan tulisan, organisasi, pemakaian kata, pungtuasi, ejaan, pemakaian kalimat, dan tulisan tangan. Valette (1977) secara sederhana membagi komponen menulis menjadi organisasi, kejelasan ungkapan, dan kosa kata.
Komponen menulis yang telah dikemukakan di atas tercakup dalam rincian komponen yang dikemukakan Jacobs dan kawan-kawan (1981) sebagai berikut:
Komponen
Subkomponen
Isi
wawasan, topik, pengembangan tesis, fakta pendukung
Organisasi
paragraf, kepaduan (kohesi teks), urutan logis,
keringkasan, gagasan terbatas, kelancaran pengungkapan
Kosa Kata
keakuratan, kemangkusan, penggunaan idiom, jenis kata, laras bahasa (semantik dan pragmatik)
Penggunaan Bahasa
konstruksi kalimat, jenis kalimat, urutan & fungsi kata
Mekanik
ejaan, pungtuasi, dan tulisan tangan
Uraian komponen menulis di atas, menurut Jacobs dkk., dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur kemampuan menulis (kinerja menurut istilah Krashen). Berikut ini merupakan penjabaran untuk mengukur kemampuan menulis.
1.5.2.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis
ISI
Deskriptor isi adalah keterpahaman tentang subjek, fakta/data/rincian pendukung, pengembangan gagasan/pikiran/tesis yang cermat, sesuai dengan topik karangan. Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor adalah:
30-27
Sangat Baik
Terpahami, banyak fakta pendukung, pengembangan tesis/pikiran/ gagasan yang cermat, sesuai dengan topik karangan
26-22
Baik
Banyak mengetahui subjek, pengembangan memadai, pengembangan gagasan terbatas, pada umumnya sesuai dengan topik namun kurang rinci.
21-17
Sedang
Pengetahuan mengenai subjek terbatas, sedikit data pendukung, pengembangan topik kurang memadai
16-13
Kurang
Tidak menunjukkan pengetahuan tentang subjek (topik), tidak ada data pendukung, tidak berkaitan, tidak cukup untuk dievaluasi
ORGANISASI
Deskriptor organisasi adalah kelancaran pengungkapan, ide dibatasi dan didukung secara jelas, ringkas, susunannya baik, urutan logis, dan padu (kohesif). Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor adalah:
20-18
Sangat Baik
Pengungkapan lancar, ide dibatasi dan didukung secara jelas, ringkas, tersusun baik, urutan logis, padu.
17-14
Baik
Terkadang berombak, susunan longgar tetapi ide dasar tetap menonjol, pendukung terbatas, logis tetapi urutannya tidak sempurna
13-10
Sedang
Tidak lancar, gagasan membingungkan atau tidak berhubungan, kurang urutan dan pengembangan logis.
9-7
Kurang
Tidak mengkomunikasikan apa-apa, tanpa organisasi, atau tidak cukup untuk dievaluasi
KOSA KATA
Deskriptor kosa kata adalah keakuratan, pemilihan dan penggunaan kata/idiom secara efektif, penguasaan bentuk kata, laras bahasa yang sesuai. Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor adalah:
20-18
Sangat Baik
Akurat, penggunaan dan pemilihan kata/idiom efektif, menggunakan jenis kata yang tepat, penggunaan laras bahasa yang sesuai.
17-14
Baik
Cukup memadai, terkadang penggunaan atau pemilihan katabentuk kata/idiom keliru tetapi tidak mengaburkan arti.
13-10
Sedang
Penggunaan atau pemilihan bentuk kata/idiom sering keliru, artinya membingungkan atau kabur.
9-7
Kurang
Mirip terjemahan kaku, hanya sedikit sekali mengetahui kosa kata/bentuk kata/idiom, tidak cukup untuk dievaluasi.
PENGGUNAAN BAHASA
Deskriptor penggunaan bahasa adalah bangun kalimat kompleks yang efektif, penggunaan unsur-unsur kalimat, jenis kalimat, kata bilangan, urutan/fungsi kata. Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor adalah:
25-22
Sangat Baik
Konstruksi kalimat kompleks yang efektif; sedikit kesalahan tentang unsur kalimat, jenis kalimat, kata bilangan, urutan/fungsi kata, artikel, kata ganti, kata depan.
21-18
Baik
Efektif tetapi konstruksi kalimat sederhana, sedikit masalah dalam konstruksi kompleks, beberapa kekeliruan dalam hal: unsur kalimat, jenis kalimat, kata bilangan, urutan/fungsi kata, artikel, kata ganti, kata depan namun arti jarang kabur
10-11
Sedang
Banyak masalah dalam konstruksi sederhana/kompleks, kerap keliru pada bentuk negatif, kesesuaian jenis kalimat, kata bilangan,urutan/ fungsi kata, dan jenis kata yang lain; makna membingungkan dan tidak jelas.
10-5
Kurang
Tidak menguasai kaidah konstruksi kalimat, kalimat banyak yang salah, tidak mengkomunikasikan apa-apa, dan tidak cukup untuk dievaluasi.
MEKANIK
Deskriptor mekanik adalah ejaan, pungtuasi, paragraf, dan tulisan tangan. Kriteria penskoran dan penjabaran deskriptor adalah:
5
Sangat Baik
Menunjukkan penguasaan EYD dan paragraf
4
Baik
Terkadang keliru dalam menerapkan EYD namun arti tidak kabur
3
Sedang
Kerap keliru dalam menerapkan EYD dan paragraf, tulisan tangan jelek, arti membingungkan dan kabur
2
Kurang
Tidak menguasai EYD dan paragraf, tulisan tangan tidak terbaca, tidak cukup untuk dievaluasi
Pembobotan
Jacobs dkk. (1981) memberikan bobot pada setiap indikator sesuai dengan tingkat kesukaran masing-masing indikator. Itu berarti nilai yang diperoleh merupakan nilai akhir atau jenjang ketuntasan (mastery level), jenjangnya adalah sebagai berikut:
%
Organisasi
Isi
Kosa Kata
Penggunaan Bahasa
Mekanik
Total
100
20
30
20
25
5
100
90
18
27
18
22
5
90
75
15
24
15
19
4
77
50
11
19
11
14
3
58
25
8
14
8
7
2
39
1.5.3 Penskoran Khusus
Penskoran khusus (primary trait) merupakan metode penskoran yang efesien berdasarkan tujuan penilaian penulisan individual. Sebelum sistem penskoran ini digunakan, guru dan siswa harus sama-sama memahami bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang bertujuan dan tujuannya yang utama (primary trait) adalah berkomunikasi secara efektif berdasarkan tujuan.
Tujuan penulisan terkait erat dengan definisi menulis sebagai cara mengungkapkan komunikasi. Mullis (dalam Anderson&Lapp, 1990) ada tiga tujuan menulis yang menjadi dasar penskoran khusus, yaitu: menulis informasi atau pemaparan, menulis persuasif, dan menulis sastra atau imajinatif. (lihat juga hlm.24, pengembangan bahan: genre, definisi, bentuk teks).
Langkah-langkah untuk menerapkan sistem penskoran khusus adalah sebagai berikut. Pertama, tugas menulis harus dibatasi secara jelas, misalnya meyakinkan kepala sekolah bahwa pesta akhir tahun sebaiknya dilakukan di dalam kelas. Setelah tujuan ditetapkan, dalam hal ini adalah persuasi, cara memenuhi tujuan ini juga harus dibatasi secara jelas (memberikan alasan dan rasional yang dirasakan sesuai untuk kepala sekolah agar tujuan dicapai dengan cara yang paling efektif). Maka tujuan khusus dapat dinyatakan sebagai berikut: penyajian pemikiran dan alasan dengan logis sebagai cara mempersuasi.
Panduan penskoran khusus terdiri atas empat jenjang. Jenjang 1 (tidak memadai) menunjukkan bahwa tulisan sedikit atau tidak didukung bukti-bukti. Jenjang 2 (minimal) memberikan sangat sedikit alasan yang cocok. Jenjang 3 (kompeten) menunjukkan beberapa pemikiran sebagai bukti oleh beberapa alasan yang sesuai. Jenjang 4 (sangat terampil) menyajikan tulisan yang tersusun sangat baik dengan alasan yang meyakinkan dan bukti pendukung persoalan. Untuk jenjang 4 dapat dicontohkan pada tulisan Kelirumologi Jaya Suprana.
Contoh lain tugas menulis yang menggunakan sistem penskoran khusus adalah:
Tulislah suatu paragraf naratif tentang pengalaman yang paling menakutkan yang pernah kamu alami. Susun rincian secara teratur agar urutan dapat lebih mudah dilihat oleh pembaca.
2. Pengembangan Evaluasi Menulis dengan Teknik Nontes
Evaluasi nontes digunakan karena kalau hanya penggunaan tes dalam evaluasi hasil belajar belum cukup untuk mengungkap seluruh hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu, evaluasi dengan alat tes perlu didukung oleh alat nontes. Alat nontes dipergunakan untuk mengungkap hasil belajar siswa yang tidak berkaitan langsung dengan tiingkah laku kognitif. Alat-alat nontes ini, terutama digunakan untuk mendapatkan informasi (data) yang berupa tingkah laku psikomotor dan tingkah laku afektif. Alat-alat nontes yang biasanya digunakan untuk melengkapi alat tes adalah observasi, catatan anekdot, kuesioner, daftar cek, skala likert, dan skala pilihan ganda (Depdiknas 2002).
a) Observasi
Observasi merupakan suatu metode untuk mengadakan pencatatan secara sistematis tentang tingkah laku seseorang dengan cara mengamati objeknya baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar pengamatan yang dilakukan dapat diperoleh informasi yang benar, tepat, dan mantap dalam pelaksanaannya harus dipilih teknik yang tepat. Adapun teknik observasi diuraikan berikut.
1) Observasi yang direncanakan terkontrol (structured or controlled observation)
Dalam melakukan pengamatan, guru menggunakan blanko atau daftar isian yang telah disusun dan didalamnya telah dicantumkan aspek-aspek dan berbagai gejala yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan.
2) Observasi informal atau tidak terencana (unstructured or informal observation)
Pada umumnya si pengamat belum/tidak mengetahui sebelumnya apa yang seharusnya dicatat dalam pengamatan. Aspek-aspek atau peristiwanya tidak terduga sebelumnya.
Pada kegiatan pengamatan perlu diperhatikan berbagai situasi yang ada. Situasi yang dapat diamati dapat dibedakan menjadi situasi bebas (free-situation), situasi yang dibuat (manipulated situation), dan situasi campuran (partially controlled situation). Dalam situasi bebas siswa tidak mengetahui bila sedang diamati. Data yang diperoleh adalah informasi yang wajar tentang peristiwa atau tingkah laku yang tidak dibuat-buat. Dalam situasi yang dibuat, si pengamat atau guru dengan sengaja telah merencanakan dan memberitahu pada siswa tentang peristiwa yang akan dilakukan. Selanjutnya situasi campuran adalah situasi gabungan dari situasi bebas dan situasi yang dibuat. Tujuan pengamatan terhadap situasi campuran tersebut dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan dan kemajuan siswa dalam bealjar. Bahkan juga untuk menilai perkembangan tingkah laku dan penyesuaian diri, minat dan bakat siswa.
b) Skala Bertingkat
Skala bertingkat merupakan prosedur pencatatan sistematis untuk memperoleh informasi dari catatan pertimbangan observer. Pencatatan skala rating (skala penilaian) menunjukkan ciri-ciri tingkat yang menggambarkan kualitas yang harus dipertimbangkan dalam memberi tanda suatu gejala. Skala yang disusun mulai dari tingkat terendah sampai dengan tingkat yang paling tinggi. Misalnya, keterampilan berbicara atau berbahasa diukur dengan skala bertingkat dalam bentuk garis berikut.
tidak kurang agak cukup baik sangat
baik baik baik baik baik
Selain itu, dapat pula diberi skor 1-10/10-100. Pengamat/observer tinggal melingkari salah satu skor/bentuk kuantitatif. Dengan demikian jelas bahwa fungsi skala rating bagi observer/pengamat adalah (a) untuk mengarahkan observasi ke arah aspek tingkah laku secara khusus dan jelas, (b) melengkapi pandangan/kesan dalam membandingkan tingkah laku dan sifat-sifat yang sama, (c) melengkapi cara membuat catatan dan pertimbangan.
c)
Daftar Cek
Daftar cek ini berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki, sehingga harus disusun berdasarkan tujuan dari pengamatan yang bersangkutan. Tanda cek dicantumkan bila terdapat aspek perbuatan yang cocok dengan tingkah laku yang muncul.
Metode ini hampir sama dengan skala rating. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri yang dimiliki. Pada skala rating menunjukkan tingkat ciri-ciri yang ada dan frekuensi tingkah laku yang terjadi. Sedangkan pada daftar cek hanya menunjukkan pertimbangan ada dan tidaknya tingkah laku muncul/terjadi.
d) Skala Sikap
Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, antara lain skala Likert, dan skala pilihan. Masing-masing skala tersebut diuraikan berikut.
e) Skala Likert
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pertanyaan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan tingkatan berikut.
SS = Sangat Setuju;
S = Setuju;
TB = Tidak Berpendapat;
TS = Tidak Setuju;
STS = Sangat Tidak Setuju.
f) Skala Pilihan Ganda
Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda, yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.
Contoh:
Saya menonton pagelaran drama
a. Jika diwajibkan oleh guru saya
b. Jika ada teman yang membaca
c. Jika judul bacaan menarik
Selain alat evaluasoi di atas, alat evaluasi nontes dapat juga berupa: lembar observasi, buku harian, jurnal, portofolio atau wawancara.
3. Pemanfaatan penilaian portofolio untuk membaca
3.1 Hubungan Portfolio dan Menulis
Konsep hubungan portfolio dalam pelaksanaan pendidikan pada era mutakhir adalah konsep yang memberikan tekanan yang penting terhadap peran peserta didik dalam mengembangkan pemahaman atas diri pribadinya dan dalam membina atas masing-masing pribadi siswa tersebut pelatihan berdasarkan kemajuan yang dialaminya sendiri. Berkenaan dengan evaluasi yang dikerjakan untuk mengukur kemajuan yang dicapai oleh pribadi setiap siswa, hubungan portfolio ini bermuatan teknik untuk mengukur kompetensi peserta didik yang tidak hanya berupa tes atau ujian sebagaimana sudah menjadi tradisi selama ini. Tes atau ujian yang sudah menjadi tradisi itu dirasakan hanya sebagai alat untuk mengukur sebagian kecil saja dari apa yang sebenarnya dipunyai oleh peserta didik yang aktif mempelajari sesuatu di dalam konteks perkembangan kebudayaan yang sangat majemuk seperti yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Lebih-lebih bentuk alat evaluasi yang dikenal pada saat ini, yaitu: tes objektif, tes pilihan ganda, tes tematik, dsb. sebenarnya belum mengukur apa-apa terhadap peserta didik itu.
Hubungan Portfolio dalam Rumusan Tujuan Kghusus Pembelajaran Menulis
Aktivitas menulis adalah aktivitas yang berdasarkan aneka macam pengalaman, gagasan, dan imaji. Di antara berbagai pengalaman yang dimiliki oleh seseorang yaang menulis adalah pengalaman membaca. Pengalaman lain adalah yang didapat dari pernyataan orang lain yangdisampaikan ketika berdialog atau tatkala orang lain tersebut memberikan ceramah.
Pengalaman dapat direkam menjadi otobiografi. Kapan penulis dilahirkan, di mana, bersekolah di mana, pengalaman pendidikan di luar sekolah mungkin juga diperoleh, apa saja kegemarannya, organisasi apa saja yang pernah dimasuki, penghargaan apa yang pernah diterima, dsb.
Menonton film atau video juga memberikan pengalaman yang dapat tidak terlupakan. Pengalaman tersebut juga dapat direkam dengan cara menulis.
Gagasan sangat beraneka ragam. Banyak segi dalam kehidupan sosial dan budaya yang membangkitkan gagasan untuk meningkatkan kualitas kehidupan tersebut. Imaji, seperti halnya gagasan, terarah untuk menuju hal-hal yang diduga meningkatkan apa-apa yang sudah pernah dialami sebelumnya. Itu semua dapat diungkapkan melalui aktivitas menulis.
Berhubung dengan hal tersebut, pembelajaran menulis dapat dikelola dengan terlebih dahulu dirumuskan tujuannya, misalnya sebagai berikut: Pembelajaran menulis bertujuan membina peserta didik agar dicapai kapabilitas belajar yang berupa kemahiran menulis atas dasar pengalaman, gagasan, dan imajinya dalam sebuah kalimat atau sebuah paragraf atau sebuah wacana.
Hubungan Portfolio dalam Penentuan Butir-butir Bahan Ajar Belajar menulis
Bahan ajar dalam pembelajaran dapat dikemas dengan merujuk kepada apa saja yang dialami oleh peserta didik, apa saja gagasannya, dan apa saja imajinya. Kemasan yang berisi pengalaman, gagasan, dan imaji peserta didik dapat berupa kosa kata, istilah, kelompok kata, klausa, kalimat, dan bahkan juga wacana. Makna yang didukung oleh kosa kata, istilah, kelompok kata, klausa, kalimat, dan wacana itu cukup luas dan beraneka ragam. Keragaman itu bertolak dari lingkungan peserta didik dan juga pengalamannya ketika bergaul dengan teman sebayanya. Sebab itu, kosa kata, istilah, kelompok kata, klausa, kalimat, dan wacana yang bermuatan pengalaman, gagasan, dan imaji itu mempunyai sifat individual; setiap pribadi mempunyai pengalaman yang khusus, gagasan yang berbeda-beda, dan imaji yang berbagai jenis.
Pengalaman, gagasan, dan imaji yang berbentuk "sesuatu" di dalam diri setiap orang, dalam batin setiap peserta didik berbentuk sebuah ide; ide tersebut diproses menjadi kalimat atau yang lebih besar daripada kalimat. Pengalimatan pengalamana, gagasana, dan imaji menjadi bahasa tertulis memerlukan kemahiran dasar; kemahiran dasar ini adalah kemahiran dalam menerapkan kaidah ejaan yang baku. Oleh sebab itu, kemahiran menulis berdasarkan ejaan yang baku perlu diutamakan agart karya tulis peserta didik memiliki kekuatan sebagai tulisan yang benar menurut kaidah. Selanjutnya, kemahiran yang bertdasarkan kaidah tata bahasa, kaidah makna kata, kaidah gaya bahasa, kaidah nada, dll. yang semuanya dapat dipelajari sambil langsung berlatyih untuk menghasilkan karangan.
Hubungan Portfolio dengan Evaluasi Hasil Belajar menulis
Telah disebutkan bahwa kosa kata, istilah, kelompok kata, klausa, kalimat, dan wacana yang bermuatan pengalaman, gagasan, dan imaji itu mempunyai sifat individual. Oleh sebab itu, evaluasi yang merupakan rangkaian kesatuan dalam proses pembelajaran menulis, dapat diformat dengan teknik misalnya sebagai berikut:
1. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari mengamati lingkungan dalam sebuah kalimat.
2. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari kegiatan membaca dalam sebuah kalimat.
3. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari mendengarkan ceramah dalam sebuah kalimat.
4. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari mengikuti acara siaran radio atau televisi dalam sebuah kalimat.
5. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari mengikuiti acara video dalam sebuah kalimat.
6. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari mengamati lingkungan dalam sebuah wacana dari tiga kalimat.
7. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari kegiatan membaca dalam sebuah wacana dari empat kalimat.
8. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari mendengarkan ceramah dalam sebuah wacana dari empat kalimat.
9. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari mengikuti acara siaran radio atau televisi dalam sebuah wacana dalam empat kalimat.
10. Penugasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang diperoleh dari mengikuiti acara video dalam sebuah wacana dari lima kalimat.
Dengan strategi sebagaimana disajaikan dalam contoh diperoleh kesan bahwa poenugasan membuat karangan adalah penugasan mengembangkan ide; baik ide yang didapat dari pengalaman maupun imaji peserta didik. Hasilnya adalah karangan yang terdiri dari wacana yang pendek. Dengan karangan yang pendek, peserta didik juga tidak "silau" atau "gugup" dengan tugas yang diterima dari guru. Dengan teknik yang sederhana itu, semua individu peserta didik diharapkan dapat memperoleh klegembiraan dalam menyelesaikan tugas. Karangan yang pendek sangat memudahkan guru untuk memeriklsa hasil karangan. Dengan kemudahan tersebut, pemberian sekor atau nilai untuk hasil karangan tersebut juga memperoleh kemudahan.
3.2 Penilaian Portofolio dalam Menulis
Dalam penilaian portofolio dikenal tiga hal yang terkait dengan portofolio, yaitu: dokumentasi penulisan, portofolio, dan penilaian portofolio. Ketiganya sering dianggap sama, meski masing-masing memiliki perbedaan. Apalagi jika dikaitkan dengan istilah pembelajaran berbasis portofolio atau penilaian berbasis portofolio.
Dokumentasi penulisan (writing folder) dalam pembelajaran menulis berfungsi sebagai bundelan arsip kegiatan setiap siswa dalam proses menulis, seperti catatan pra-menulis, buram, daftar-cek, naskah revisi, dan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan dalam kelas menulis. Arsip ini merupakan dokumentasi proses pembelajaran menulis. Dokumentasi ini tidak untuk evaluasi, namun baik untuk teknik konferensi.
Portofolo, secara fisik, tidak berbeda dengan dokumentasi menulis. Perbedaannya terletak pada pembuatan dan penggunaan portofolio. Ada dua jenis portofolio, yaitu portofolio yang berupa kumpulan semua tulisan siswa dan yang merupakan kumpulan tulisan terpilih (terbaik) siswa. Tipe yang pertama ini perbedaannya dengan dokumentasi menulis adalah pada pemberian nilai oleh guru. Nilai diberikan untuk keseluruhan tulisan atau berdasarkan kemampuan siswa untuk menganalisis proses menulisnya dan mengevaluasi tulisannya. Portofolio jenis ini juga merupakan bukti kemajuan siswa dalam menulis. Dengan kata lain, pembelajaran menulis semacam ini merupakan pembelajaran menulis berbasis portofolio.
Jenis portofolio kedua mirip dengan bunga rampai. Kumpulan tulisan siswa terpilih dari berbagai tugas penulisan. Siswa bertugas memilih sendiri tulisannya yang ingin dia koleksi. Untuk itu maka selain memilih, siswa juga harus memberi penjelasan tentang alasan pemilihannya. Pilihan juga dapat merupakan diskusi dengan guru atau teman sejawat. Pada kondisi tertentu guru dapat memutuskan sendiri tulisan siswa yang mana yang perlu dimasukkan dalam portofolio.
Di samping itu ada juga yang disebut portofolio menulis jangka-panjang. Ini semacam arsip atau dokumentasi seorang siswa secara permanen dari tahun ke tahun (dari sekolah dasar hingga sekolah menengah). Biasanya portofolio jenis ini menampilkan karya terbaik siswa per tahun. Jenis lainnya adalah portofolio menulis lintas-kurikulum. Tulisan tidak hanya berasal dari kelas bahasa Indonesia namun juga dari mata pelajaran lainnya.
Setakat kini belum batasan yang jelas tentang penilaian portofolio. The Riverside Publishing Company mengiklankan suatu program portofolio yang menunjukkan bahwa portofolio siswa tidak hanya berisi karya tulis siswa, namun juga tes buatan guru, tes hasil belajar, catatan anekdot, pengamatan, dan daftar cek. Ini berarti bahwa penilaian portofolio mencakup ragam sumber penilaian yang komprehensif, tidak semata berdasarkan satu jenis tes saja (untuk mengukur keberhasilan pembelajaran).
Contoh berikut merupakan penilain berbasis portofolio (Budimansyah, 2002) per siswa.
Dokumentasi Penilaian Formatif dan Sumatif (TF-S)
Tes
No
Tanggal
Kompetensi Dasar
Nilai
Paraf Guru
Ket.
A
TF
1
2
3
4
5
Jumlah A (Formatif)
Rerata
B
TS
Bahan Semester I
Jumlah A dan B
Rerata A dan B
Dokumentasi Penilaian Tugas Terstruktur
No.
Jenis Tugas
Aspek Penilaian
Nilai
Paraf Guru
Ket.
Jumlah
Rerata
Dokumentasi Penilaian Perilaku Harian
No.
Perilaku Yang Muncul
Penilaian
Paraf Guru
Tempat & Waktu
Positif
Negatif
1.
Antusiasme dalam menerima pelajaran
2.
Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru
3.
Gemar membaca di perpustakaan pada saat jam istirahat
4.
Aktif mengikuti drama sekolah
5.
Berbicara santun
6.
Mau menang sendiri
7.
Dan lain-lain.
Dokumentasi Penilaian Laporan Aktivitas Luar Sekolah
No.
Jenis Aktivitas
Aspek Penilaian
Nilai
Paraf Guru
Ket.
1.
Vokal Group
Signifikansi (tkt kebermaknaan bagi pel. Bhs. Indonesia)
Intensitas (kegiatan dilakukan)
Frekuensi
(seberapa sering aktivitas dilakukan)
2.
Mengikuti lomba puisi
Signifikansi
Intensitas
Frekuensi
3.
Lomba Karya Tulis Ilmiah
Signifikansi
Intensitas
Frekuensi
4.
Dan lain-lain
Jumlah
Rerata
Pustaka Acuan
Depdikbud.1999. Pengelolaan Pengujian bagi Guru Mata Pelajaran. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Depdiknas. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata pelajaran Bahasa Indonesia: Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Direktorat PLP.
Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Safari. 1997. Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Kartanegara.
Sabtu, 22 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar