PEMBELAJARAN “KOOPERATIF JIGSAW-II ” : METODE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNNES
A. JUDUL PENELITIAN : PEMBELAJARAN “KOOPERATIF JIGSAW-II ” : METODE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNNES
B. BIDANG ILMU : MIPA
C. PENDAHULUAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, hal-hal krusial yang terjadi di kelas saat proses belajar mengajar berlangsung adalah antara lain : (1). Apabila ada mahasiswa yang gagal mencapai target minimal penguasaan materi perkuliahan, maka dinyatakan tidak lulus mata kuliah tersebut dan harus mengulang, demikian sampai akhirnya dapat mencapai target minimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, kadang-kadang dosen menggunakan PAN (Penilaian Acuan Normal), yaitu menilai kemampuan mahasiswa relatif terhasap teman-temannya, sehingga jika seorang mahasiswa tertentu dengan kemampuan tertentu akan memiliki nilai yang berbeda jika dia masuk di dua kelas dengan rata-rata kepandaian yang berbeda. Penelitian ini bertujuan mencobakan strategi dan metode pembelajaran kooperatif yang memanfaatkan potensi dan eksistensi mahasiswa lain untuk membantu mahasiswa yang kurang dari segi akademis, kurang motivasi, minat, kurang aktif, kurang terarah dalam belajar dan sebagainya, sehingga dalam diri mahasiswa tertanam minat yang meningkat terhadap hal-hal yang dipelajari, sikap positif terhadap proses belajar mengajar, tumbuhnya sikap percaya diri dan terbinanya kesehatan mental yang penting bagi perkembangan mahasiswa. Dengan meningkatnya kemampuan individu maka akan meningkat pula rata-rata kelas akibatnya nilai yang diperoleh mahasiswa menjadi lebih berbobot. (2). Dari pengalaman mengajar yang dialami peneliti, jika dosen memberikan tugas terstruktur atau mandiri berupa soal pemecahan masalah atau penemuan yang agak kompleks atau sulit, maka sebagian mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan umumnya mereka tidak jujur atau terbuka menyelesaikan sejauh mana yang dia bisa kerjakan tetapi mereka tuntaskan tugasnya dengan mencontoh pekerjaan temannya dengan atau tanpa pemahaman, dan kebanyakan tanpa pemahaman. Penelitian mengupayakan pemecahan masalah tersebut dengan membelajarkan mahasiswa dalam kelompok kecil yang diatur sedemikian rupa sehingga ketuntasan belajar dapat dicapai. (3). Pengertian belajar tuntas (mastery learning) sebenarnya lebih menekankan pada kegiatan individual dalam belajar. (James H. Block, 1971: 53) . Mahasiswa betanggung jawab terhadap proses dan hasil belajarnya sendiri, penekanan ini terutama ditujukan pada usaha penguasaan bahan ajar. Meskipun dosen telah berusaha meminimalkan kendala-kendala mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar, namun tetap saja ada mahasiswa yang tidak dapat mencapai ketuntasan belajar seperti yang diharapkan dalam tujuan pengajaran. Hal ini antara lain karena keterbatasan penyediaan waktu dosen untuk memperhatikan dan membimbing mahasiswa tersebut, kurangnya usaha, semangat mahasiswa untuk menguasai bahan ajar atau kekurangmampuan mahasiswa memanfaatkan secara optimal potensi lingkungannya (misal : teman-teman, sarana prasarana, dll). Penelitian ini mengupayakan ketuntasan belajar semua mahasiwa peserta kuliah tanpa menurunkan tingkat kesulitan dan membatasi ruang lingkup bahan seperti yang telah ditetapkan pada tujuan pembelajaran , dengan menutup segala keterbatasan yang disebut di atas. (4). Mahasiswa UNNES (khususnya Pendidikan Matematika) adalah calon guru, disamping kemampuan akademik yang memadai mereka dituntut pula memiliki kepribadian dengan ciri-ciri tertentu : percaya diri, antusias, menyukai hubungan interpersonal, empati, kamunikator yang baik, pendengar yang baik, sabar, dedikasi dan sebagainya, yang barangkali tidak semuanya dapat ditimba dari kuliah yang hanya sekedar ceramah, menyelesaikan soal, tugas terstruktur, tugas mandiri saja. Dengan pembelajaran kooperatif ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan watak dan sikap tersebut diatas. Dari uraian diatas muncul permasalahan dalam proses belajar mengajar matematika di Universitas Negeri Semarang, antara lain tentang : realisasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II , strategi pemantauan proses, umpan balik dan teknik evaluasi proses belajar tersebut serta sejauh mana pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika mahasiswa.
D. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu :
1. Bagaimana realisasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II ini dapat diterapkan ?
2. Bagaimana strategi pemantauan proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II ini ?
3. Bagaimana bentuk umpan balik dan teknik evaluasi proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II ini ?
4. Sejauh mana pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika mahasiswa yaitu pada mata kuliah Statistika Matematika ?
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Ketuntasan Belajar
Pengertian belajar tuntas ( mastery learning) dikemukakan oleh James H. Block, lebih menekankan pada kegiatan individual dalam belajar. Penekanan ini terutama ditujukan pada penguasaan bahan ajar, dengan cara :
a. membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar,
b. menyediakan waktu yang cukup kepada mahasiswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan belajar yang dimilikinya secara individual,
c. membatasi ruang lingkup bahan yang harus dipelajari dengan tingkat kesukaran tertentu.
Carol dengan konsep belajar tuntasnya mengemukakan bahwa bilamana mahasiswa diberi kesempatan menggunakan waktu yang cukup, dan ia menggunakan waktu tersebut sebaik-baiknya, maka ia akan mencapai tingkatan hasil belajar seperti yang diharapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar antara lain :
a. waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahan yang telah ditentukan, misal satu semester,
b. usaha yang dilakukan mahasiswa untuk menguasai bahan ajar,
c. bakat seseorang yang sifatnya individual,
d. kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran,
e. kemampuan mahasiswa untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari keseluruhan proses belajar mengajar yang dihadapinya.
Setiap individu berbeda satu dengan yang lainnya, kemampuan untuk menangkap bahan ajar juga berlainan, tingkat usahanya pun bervariasi, maka faktor waktu yang dibutuhkan oleh individu yang berbeda juga akan berbeda untuk menguasai bahan yang sama. Dapat kita rumuskan, tingkat penguasaan bahan sebagai berikut : Tingkat penguasaan bahan adalah fungsi dari perbandingan waktu yang tersedia dengan waktu yang dibutuhkan.
Maksud utama konsep belajar tuntas adalah usaha agar dikuasainya bahan secara tuntas oleh sekelompok mahasiswa yang sedang mempelajari bahan kuliah tertentu secara tuntas. Tingkat ketuntasan itu bermacam-macam dan merupakan persyaratan minimum yang harus dikuasai mahasiswa. Batas minimum penguasaan ini kadang-kadang dijadikan dasar kelulusan bagi mahasiswa yang menempuh matakuliah tertantu. Biasanya persentase penguasaan bahan bergerak antara 75% sampai 90% (Suhito, 1987 :8). Bila persentase ini belum dicapai , mahasiswa harus dibantu agar mencapai penguasaan pada taraf yang ditentukan.
Agar setiap mahasiswa dapat mencapai tingkat penguasaan bahan yang ditentukan maka :
Pengorganisasian pengajaran diatur menjadi satuan dasar sehingga logis dan sistematis.
Penguasaan satu unit tertentu dipersyaratkan sebelum mereka melanjutkan ke unit satuan bahan pengajaran berikutnya. Bahan inipun harus disusun dari tingkat yang sederhana menuju ke yang lebih kompleks dan dimulai dari yang mudah ke yang lebih sukar.
Setelah mahasiswa menyelesaikan kegiatan belajar untuk satuan matakuliah tertentu, perlu dilakukan tes diagnostik. Kegiatan ini berguna dalam rangka memperoleh balikan mengenai ketepatan cara belajar mahasiswa dan tingkat penguasaan bahan yang diperoleh.
Sesudah informasi ini diperoleh maka dilaksanakan kegiatan pengajaran perbaikan berupa bantuan khusus kepada para mahasiswa.
Prosedur operasional pengajaran perlu dikembangkan. Kualitas pengajaran hendaknya selalu ditingkatkan dengan berbagai cara antara lain : pemilihan strategi, metode yang tepat, melibatkan mahasiswa mental emosional dalam setiap kegiatan, mempergunakan multi media, melaksanakan evaluasi serta menggunakan hasilnya untuk perbaikan pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan konsep belajar tuntas hendaknya meliputi efek yang sifatnya instruksional. Jadi disamping tercapainya tujuan instruksional hendaknya dalam diri mahasiswa tertanam minat yang meningkat terhadap hal-hal yang dipelajari, sikap positif terhadap proses belajar mengajar, tumbuhnya sikap percaya diri dan terbinanya kesehatan mental yang penting bagi perkembangan mahasiswa.
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong mahasiswa aktif menemukan sendiri pengetahuaanya melalui ketampilan proses. Mahasiswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota aling bekerja sama dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan. (Slavin, 1995 : 73). Agar mahasiswa dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompoknya maka mereka perlu diajar ketrampilan-ketrampilan kooperatif sebagai berikut :
Berada dalam Tugas
Yang dimaksud adalah tetap berada dalam kerja kelompok, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sampai selesai dan bekerja sama dalam kelompok sesuai dengan kesepakatan kelompok, ada kedisiplinan individu dalam kelompok. Dengan melatih kedisiplinan tersebut, mahasiswa akan menyelesaikan tugasnya dlam waktu yang tepat dengan ketelitian yang baik.
Mengambil Giliran dan Berbagi Tugas
Yaitu bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas. Ketrampilan ini penting karena kegiatan akan selesai pada waktunya dan kelompk akan lebih bangga terhadap peningkatan efektivitas dalam mempersiapkan tugas-tugas yang diemban.
Mendorong Partisipasi
Yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Hal ini penting karena anggota kelompok akan merasa bahwa kontribusi mereka amat dibutuhkan, dan mereka merasa dihargai yang selanjutnya akan menumbuhkan rasa percaya diri.
Mendengarkan dengan Aktif
Yang dimaksud adalah mendengarkan dan menyerap informasi yang disampaikan teman dan menghargai pendapat teman. Ketrampilan ini penting sebab mendengarkan dengan aktif berarti memberi perhatian pada yang sedang berbicara sehingga anggota kelompok yang jadi pembicara akan merasa senang dan akan menambah motivasi belajar bagi dirinya sendiri dan yang lain.
Bertanya
Ketrampilan bertanya yang dimaksud adalah menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok, kalau perlu didiskusikan, apabila tetap tidak ada pemecahan, tiap anggota kelompok wajib mencari pustaka yang mendukung, jika tetap tidak terselesaikan baru bertanya kepada dosen.
3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan efektif, unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang perlu ditanamkan pada mahasiswa adalah sebagai berikut :
a. Para mahasiwa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam dan berenang bersama “.
b. Para mahasiswa memiliki tanggungjawab terhadap mahasiswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para mahasiswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para mahasiswa harus membagi tugas dan berbagi tanggungjawab sama besar diantara para anggota kelompok.
e. Para mahasiswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yangakan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para mahasiswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasama selam belajar.
g. Para mahasiswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
4. Landasan Pembelajaran Kooperatif
Teori motivasi adalah teori yang mendasari pembelajaran kooperatif, mahasiswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak daripada kelas yang diorganisasikan secara tradisional (Slavin, 1995 : 16). Menurut teori motivasi, motivasi mahasiswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk struktur pencapaian saat mahasiswa melaksanakan kegiatan. Terdapat tiga struktur pencapaian tujuan seperti berikut ini:
a. Kooperatif, setiap upaya berorientasi pada tujuan tiap individu menyumbang pencapaian tujuan individu lain. Mahasiswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika mahasiswa lain mencapai tujuan tersebut.
b. Kompetitif, setiap upaya berorientasi pada tujuan tiap individu membuat frustasi pencapaian tujuan individu lain. Mahasiswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika mahasiswa lain tidak mencapai tujuan tersebut.
c. Individualistik, tujuan tiap individu tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan individu lain. Mahasiswa meyakini upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan teori motivasi tersebut, struktur pencapaian tujuan kooperatif menciptakan situasi dimana keberhasilan individu dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang dnginkan pada pembelajaran kooperatif anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya dan yang lebih penting adalah memberi dorongan pada anggota lain untuk berusaha mencapai tujuan yang maksimal.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw-II
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II merupakan salah satu metode pembelajaran dimana dalam model ini suatu bidang ilmu “dipecah-pecah” menjadi beberapa bagian (section) dibahas lalu pecahan-pecahan itu “disatukan“ kembali dalam suatu diskusi pleno ( Prasetya Irawan, 1996 : 7 ). Dalam proses pembelajaran tipe Jigsaw-II ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu: parsiapan, presentasi bahan ajar, evaluasi, penghargaan kelompok, dan menghitung ulang skor awal.
Penjelasannya sebagi berikut:
a. Persiapan
1) Materi
Materi pembelajaran tipe Jigsaw-II dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok, sebelum menyajikan materi pembelajaran dibuat lembar kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
2) Menetapkan Siswa dalam Kelompok
Kelompok-kelompok dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw-II terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal beranggotakan 4-6 orang, terdiri dari siswa yang pandai, sedang, dan kurang. Selain itu juga dipertimbangkan heterogenitas lainnya, misalnya jenis kelamin, latar belakang sosial, dan kesenangan. Ada beberapa petunjuk dalam menentukan kelompok asal:
Ø Meranking Siswa: berdasarkan prestasi siswa dalam kelas.
Ø Menentukan Jumlah kelompok: setiap kelompok beranggotakan 4-6 orang.
Ø Kelompok Ahli: dibentuk oleh kelompok atau guru berdasarkan keahliannya atau meteri yang disukai.
3) Menetukan Skor Awal
Skor awal merupakan rata-rata skor siswa secara individual pada kuis sebelumnya atau pre- test.
b. Tahap Pembelajaran
Pembelajaran kooperatif ini dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini dkuti dengan penyajian informasi, selanjutnya siswa diorganisasi dalam kelompok- kelompok belajar.Setiap anggota kelompok mempunyai tugas untuk mempelajari satu topik tertentu, dalam hal ini belum ada diskusi dalam bentuk apapun dalam kelompok. Para anggota kelompok yang mempelajari topik yang sama dikumpulkan dalam satu kelompok. Jadi akan ada yang baru sejumlah topik yang dipelajari. Kelompok-kelompok yang baru bertemu untuk diskusi tentang topik yang sama (antar “ahli”) saling membantu satu ama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan pada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali kepada kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya (kelompok asal) tentang apa yang telah mereka diskusikan dalam kelompok ahli. Jadi dalam hal ini setiap anggota kelompok berfungsi sebagai ahli menurut topik yang telah mereka pelajari.
Ilustrasi Kelompok Jigsaw-II :
(DICOPY DIAGRAMNYA JADI KACAU === PAYAH ====)
Ä ¨
Ñ
Ä ¨
Ñ
Ä ¨
Ñ
Ä ¨
Ñ
Ä Ä
Ä Ä
¨ ¨
¨ ¨
Ñ Ñ
Ñ Ñ
Ä ¨
Ñ
Ä ¨
Ñ
Ä ¨
Ñ
Ä ¨
Ñ
Keterangan : Baris I dan I : Kelompok Asal
Baris : Kelompok Ahli
f. Evaluasi Mandiri dan Penghargaan Kelompok
Setelah selesai menjelaskan kegiatan pembelajaran, siswa harus menunjukkan kemampuannya setelah bekerja dalam kelompok dengan mengerjakan tes hasil belajar (post-test) secara individual.Hasil post-test sebagai nilai perkembangan individu dan untuk menentukan skor kelompok. Nilai perkembangan individu dalam kelompok dapat dihitung dengan menggunakan tabel berikut:
SKOR POST-TEST
NILAI PERKEMBANGAN
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
1 s / d 10 poin di bawah skor awal
10
0 s / 10 di atas skor awal
20
10 atau lebih di atas skor awal
30
Nilai sempurna
30
g. Menghitung Ulang Skor
Setelah satu siklus penilaian dilakukan perhitungan ulang skor post-test sebagai skor awal baru.
6. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritis diatas maka dapat dimunculkan untuk sementara hipotesis tindakan sebagai berikut :
“Dengan Model Pembelajaran “Kooperatif Jigsaw-II” ini, dosen dapat mengatasi ketidaktuntasan belajar mahasiswa di Jurusan Matematika ”.
F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Tujuan Umum : menambah wawasan dosen tentang strategi pembelajaran matematika bagi mahasiswa, meningkatkan kreativitas dan aktivitas mahasiswa dalam belajar, melatih mahasiswa untuk bertanggung jawab terhadap proses belajar temannya dan mengembangkan kebiasaan dan budaya kerja sama dan belajar dalam kelompok.
Tujuan Khusus :
1. menerapkan dan merealisasikan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II ini pada mahasiswa pendidikan matematika IKIP Semarang,
2. mengetahui dan menerapkan strategi pemantauan proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II ini pada mahasiswa pendidikan matematika IKIP Semarang,
3. mengetahui bentuk umpan balik dan teknik evaluasi proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II ini,
4. mengetahui sejauh mana pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika mahasiswa pendidikan matematika IKIP Semarang.
G. MANFAAT PENELITIAN
Hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan yang merupakan “self reflective teaching” ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan / institusi, sebagai berikut :
1) Bagi dosen : dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, dosen dapat lebih mengetahui secara tepat, bertambah wawasan, lebih menghayati strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-II ini pada mahasiswa pendidikan matematika.
2) Bagi mahasiswa : hasil penelitian tindakan kelas ini sangat menguntungkan mahasiswa karena mahasiswa adalah obyek langsung dari penelitian ini, yang dikenai tindakan, semestinya ada perubahan-perubahan dalam diri mahasiswa dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dan kebiasaan-kebiasaan belajar yang lebih positif.
3) Bagi UNNES : hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada LPTK, khususnya UNNES dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran matematika.
4) Bagi khasanah pendidikan : memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pendidikan di Perguruan Tinggi.
H. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw-II bagi mahasiswa Pendidikan Matematika UNNES.
1. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika UNNES yang menempuh mata kuliah Statistika Matematika , peneliti memilih matakuliah ini sebab pertama matakuliah ini menuntut banyak pemecahan masalah yang cocok untuk bahan diskusi dan mencakup berbagai jenjang ranah kognitif mulai dari pemahaman sampai evaluasi dan peneliti mengampu matakuliah tersebut.
2. Pihak yang Terlibat
Pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa peserta matakuliah tersebut diatas dan dosen pengampunya.
3. Rancangan Penelitian
a. Faktor Yang Diselidiki
Untuk menjawab permasalahan diatas, ada beberapa faktor yang akan diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah :
· Faktor Mahasiswa : Akan diselidiki kondisi awal mahasiswa dengan menggunakan pre-tes atau kuis sebelumnya (kognitif dan psikomotor) dan pedoman wawancara (afektif, minat, materi yang disukai, dll)untuk penempatan mahsiswa dalam kelompok, sejauh mana keterlibatan dan partisipasi mahasiswa dalam proses belajar individual dan kelompok diamati dengan pedoman pemantauan tugas, dan diselidiki ada tidaknya kenaikan hasil belajar mahasiswa (membandingkan pre-tes dan pos-tes) setelah diterapkan strategi pembelajaran “Kooperatif Tipe Jigsaw-II ” secara individu maupun kelompok.
· Faktor Dosen : Mengamati kerja dosen (Peneliti) sebagai perencana, fasilitator, dan evaluator program pembelajaran “Kooperatif Tipe Jigsaw-II ” diamati dengan pedoman observasi sistematis.
b. Rencana Tindakan
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri 3 siklus . Tiap siklus dilaksanakan mulai perencanaan, persiapan tindakan , pelaksanaan tindakan , pemantauan, evaluasi individu dan kelompok serta refleksi tindakan, analisis dan dilakukan penyimpulan-penyimpulan.
1) Perencanaan
· Menyusun tujuan instruksional.
· Membuat skenario pembelajaran “Kooperatif Tipe Jigsaw-II ”.
· Menyusun pre-tes dan pos-tes
· Mendesain Pedoman Wawancara (afektif, minat, materi yang disukai dll).
· Mendesain Pedoman Pemantauan pembelajaran “Kooperatif Tipe Jigsaw-II ” untuk individu maupun kelompok.
· Mendesain Pedoman Observasi Sistematis bagi kerja dosen selama Pelaksanaan Tindakan.
2) Persiapan Tindakan
· Melaksanakan pre-tes.
· Melaksanakan wawancara pada mahasiswa.
· Analisis pre-tes dan wawancara untuk menempatkan mahasiswa dalam kelompok kooperatif.
· Penyusunan Lembaran Kerja/ Tugas bagi mahasiswa.
· Mempersiapkan media dan alat bantu yang diperlukan.
· Memberikan pengarahan kepada mahasiswa tentang operasional pembelajaran “Kooperatif Tipe Jigsaw-II ” dan tentang tugas yang akan diberikan.
3) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini :
· Melaksanakan skenario yang direncanakan.
· Memberikan beberapa topik bahasan (sebanyak anggota kelompok awal) kepada kelompok untuk kemudian dibagikan sesuai dengan kemampuan, minat, dll.
· Presentasi dan diskusi kelompok ahli untuk mematangkan penguasaan materi.
· Presentasi dan diskusi kelompok asal.
· Pos-tes.
4) Observasi
Pada tahap ini, mahasiswa tindakan pada butir c). dan dosen melakukan pemantauan (dengan Pedoman Pemantauan) terhadap kerja mahasiswa, sementara dosen lain (peneliti) mengamati kerja dosen sebagai fasilitator yang memberi tugas atau memandu mahasiswa dalam kelompok (dengan Pedoman Observasi Sistematis). Selanjutnya menganalisis nilai pre-tes dan pos-tes serta memberikan penilaian kelompok.
5) Analisis, Refleksi dan Evaluasi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, didiskusikan, dianalisis, dan dievaluasi oleh tim peneliti, kemudian dosen dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan, faktor-faktor pendukung, penghambat, dari aspek internal dan eksternal dosen dan mahasiswa. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan bilaman perlu secara kualitas dan kuantitas berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi.
I. DAFTAR PUSTAKA
Adderly,K.W. & Ashwin, C. 1976. The Use of Project Methods in Higher Education. Society for Research in Higher Education. London.
Brookfield, S. 1984. Adult Learners, Adult Education and the Community. Teacher College Press. New York.
Houle, C. 1961. The Inquiring Mind. University of Madison Press. Madison.
Irawan, Prasetya. 1996. Beberapa Mode Tutorial. Komunika Nomor 13. Hal. 6-7.
Knowles, M. 1975. Self Directed Learning : A Guide for Learners and Teachers. Cambridge Adult Education. New York.
Kozma, R.B.,Belle, L.W.,Williams, G.W. 1978. Instructional Techniques in Higher Education. Educational
Technology Publications. Englewood Cliffs. New Jersey.
Lily Budiardjo, Dra., M.Sc. 1997. Dosen dan Pemberian Tugas. (Dalam “Mengajar di Perguruan Tinggi bagian II”). PAU PPAI Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. Glencoe Macmillan Mc Graw Hill. Nem York.
Maryanto. 1998. Pembelajaran Gotong Royong dalam Pengajaran Sains, Matematika dan Bahasa. (Makalah Seminar Nasional Kerja Sama RECSAM Penang Malaysia dan IKIP Semarang). Semarang.
Paulina Pannen, Dr., Ida Malati S.,M.Ed., Drh. 1997. Pendidikan Orang Dewasa (Dalam “Mengajar di Perguruan Tinggi bagian II”). PAU PPAI Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
Paulina Pannen, Dr., Mestika Sekarwinahyu, Dra. 1997. Belajar Aktif . (Dalam “Mengajar di Perguruan Tinggi bagian II”). PAU PPAI Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Second Edition. Allyn and Bacon Publisher. Massachusetts.
Suhito, Drs. 1987. Diagnosis Kesulitan Belajar. IKIP Semarang Press. Semarang
Tamat, T. 1985. Dari Pedagogik ke Andragogik : Pedoman bagi Pengelola Pendidikan dan Latihan. Pustaka Dian. Jakarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar